Jakarta (ANTARA News) - Apa yang paling sakit dalam hidup? Banyak hal bisa menyakitkan. Satu di antaranya, penghianatan. Karena dalam kehidupan, bahkan dalam dunia kejahatan sekalipun, para bandit tidak ingin anggotanya berkhianat.
Tapi dalam kenyataannya, praktik pengkhianatan selalu terjadi dalam kehidupan manusia. Pengkhianatan seperti memiliki sejarah tersendiri.
Rasa sakit, akibat pengkhianatan, yang bisa berdampak pada dendam yang terlihat maupun yang tersembunyi dan keteguhan untuk menegakkan kebenaran --apapun hasilnya-- sering menjadi inspirasi banyak film.
Lalu apa yang membedakan satu film dengan film yang lain jika temanya yang itu itu juga? Latar belakang dan kemasannya.
Salah satu film yang menarik untuk ditonton adalah Centurion. Film yang mengambil latar belakang Kekaisaran Romawi itu menjadikan gambar alam yang natural dan perjuangan Legiun ke-9 Romawi sebagai daya tarik.
Penonton dimanjakan dengan pemandangan alam pegunungan, sungai, hutan, padang rumput, dan tentu saja permainan pedang yang tangkas dan tidak bertele-tele.
Secara umum, film garapan Sutradara Neil Marshall (The Descent, Doomsday) tidak terlalu istimewa dari segi penceritaan tetapi punya nilai lebih pada gambar dan plot cerita yang sederhana dan lurus (tanpa flash back).
Film dibuka dengan pemandangan pegunungan batu dan es, lembah, lereng yang terjal, sungai kecil melalui kamera yang melayang menyusuri lekuk pegunungan. Seperti menonton di theater Imax, penonton dibawa pada keindahan alam dataran tinggi Scotland dimana lokasi cerita berada.
Plot cerita dibuka dari tuturan
Centurion Quintus Dias --judul film diambil dari nama awal prajurit tentara Romawi ini-- yang selamat dari serangat gerilyawan suku suku Pict.
Setting film diambil pada abad 117 masehi dimana Kekaisaran Romawi menguasai Mesir hingga Spanyol, ke Timur hingga Laut Hitam. Tapi, di utara Britania, suku Pict sukar ditaklukkan. Mereka menyerang di saat prajurit Romawi lengah.
Benteng demi benteng ditaklukkan, salah satunya benteng dimana Centurion Quintus Dias (Michael Fassbender, Inglourious Basterds) bertugas. Centurion selamat karena bisa berbahasa Pict. Pemimpin suku Pict, Gorlacon, menilai dia akan bermanfaat nanti.
Namun ternyata dia bisa meloloskan diri meski tubuh penuh luka. Gubernur Romawi di Britania, Julius Agricola memerintahkan Legiun 9 Romawi untuk menggempur Suku Pict yang yang berada di dataran tinggi Scotland.
Sang Gubernur memberi Etain (Olga Kurylenko, Quantum of Solace) wanita suku Pict sebagai penunjuk jalan. Gadis Bond kelahiran Ukraina, 1979, itu bermain apik sebagai Etain yang gagu, tapi bisa mendengar.
Panglima Legiun 9, Jenderal Virilus (Dominic West), sudah mengatakan, dia akan memilih penunjuka jalan sendiri, tetapi sang Gubernur bersikeras agar Etain yang berambut kaku, sebagian diantaranya berwarna putih, dan wajah bercat biru itu sebagai penunjukan jalan.
Keraguan para prajurit terbukti. Di sebuah jalan bertebing di tengah hutan, dengan kabut sebagai tabirnya, Legiun 9 dibantai gerilyawan Pict. Pertahanan dengan menggunakan formasi tameng tak mampu menahan serang bola api yang digulirkan dari atas. Pasukan porak poranda, Jenderal Virilus ditahan.
Centurion bersama enam lainnya selamat dari serangan tersebut. Dalam pengejaran di sebuah sungai kecil, mereka melihat Etain bersama tentara suku Pict lainnya.
Meski hanya bertujuh, sisa Legiun 9 berniat menyelamatkan sang Jenderal. Di tengah malam, mereka menyusup ke perkampungan suku Pict dan melumpuhkan penjaga. Di sana, Jenderal ditahan dan dirantai.
Pasukan pemeriksa datang. Rantai Jenderal Virilus tak bisa dilepas, sementara anak Kepala Suku mati dibekap. Jenderal berpesan agar mereka lari tanpa dirinya dan kabarkan kondisi Legiun 9 ke pusat pemerintahan.
Gorlancon marah puteranya tewas. Dia mengadu Jenderal yang penuh luka dengan Etain. Gadis gagu itu korban serbuan tentara Romawi. Orang tuanya dibunuh dan diperkosa, lidahnya dipotong sehingga tak bisa bicara. Jenderal, dengan sisa tenaga, tak mampu melawan Etain yang terlatih dan tangkas. Dendam si gagu terlampiaskan.
Salah satu kelebihan film ini, pertarungan yang ringkas, tidak bertele-tele dan penuh darah. Penyayatan leher dilengkapi efek semburan darah yang alami. Karena itu film ini tak layak ditonton anak-anak.
Usai membakar jenazah anaknya, Gorlancon memerintahkan Etain dan tim pemburu Pict lainnya mengejar sisa anggota legiun. Etain dipilih karena dia pencari jejak yang andal. Dia bisa membaca kemana Centurion lari, meskipun mengambil jalan mutar ke markas Romawi. Di tepi jurang Centurion dan enam rekannya terdesak. Demi menyelamatkan nyawa mereka melompat ke sungai.
Satu tewas, dua terpisah. Malam, Centurion berinisiatif menyerang perkemahan Etain cs. Penyerbuan sukses, tapi hanya mendapatkan penjaga tenda. Sebaliknya Etain secara bersamaan menyerang. Satu tewas. Satu terluka. Kini sisa legiun tinggal bertiga.
Di tempat berbeda dua teman yang terpisah dikejar srigala di padang rumput. Pemandangan padang rumput yang disajikan bukan hijau segar, tetapi cokelat muda bernuansa kuning. Muram. Mereka berlari tertatih-tatih, sementara kelompok srigala besar mengejar hingga mereka lelah. Pengkhianatan kembali terjadi di sini.
Makan Teman
Teman makan teman. Dengan alasan menyelamatkan diri sendiri, salah seorang dari mereka menyayat pergelangan kaki rekannya sehingga tak bisa lari dan menjadi mangsa srigala, sementara yang menyayat bisa lari menyelamatkan diri.
Centurion dengan dua temannya (satu terluka) menemukan rumah kosong milik warga Pict yang diasingkan karena dituduh sebagai wanita penyihir. Singkat cerita sang penyihir bersedia merawat luka dan memberi makan dan penginapan. Terjalin rasa suka antara Centurion dan sang penyihir.
Etain dan pemburu lainnya menemukan pondok penyihir. Centurion yang bersembunyi di gudang bawah pondok kembali diselamatkan sang penyihir dengan mengalihkan pemeriksaan melalui sindiran kata-kata, Etain emosi dan tak melanjutkan pemeriksaan pondok.
Demi keselamatan, ketiganya diminta meninggalkan pondok dan bertemu dengan benteng Romawi yang sudah kosong. Di sini Centurion dan dua rekannya memilih melawan karena sudah capek jadi pelarian.
Pertarungan berlangsung sengit, tetapi tak berlama-lama. Setiap pukulan dan tetakan pedang tak sia-sia. Etain dan rekan tewas, Centurion selamat dengan satu rekannya.
Di perjalan menuju markas Gubernur Romawi, Centurion bertemu dengan rekan yang selamat dari srigala. Karena hanya mendapatkan dua kuda bekas Etain cs, ketiganya berkuda menuju markas Romawi. Centurion berboncengan dengan sang pengkhianat, rekan yang satu menunggang kuda lainnya.
Di jalan Centurion berulangkali bertanya tentang nasib rekan satunya. Tapi sang pengkhianat selalu menyembunyikan rahasianya. Di depan markas, temn yang berkuda sendiri bersemangat memacu kuda menuju gerbang dan lupa sedang mengenakan baju ala Pict sehingga terpanah.
Sementara sang pengkhianat yang dibonceng di atas kuda menghunus pedang kepada Centurion. Tali kekang ditarik, kuda melonjak. Keduanya jatuh, bergumul, pengkhianat dibunuh.
Ternyata praktik pengkhianatan belum cukup. Sang Gubernur tak rela Centurion selamat karena khawatir musnahnya Legiun 9 akan terungkap. Setelah mendengar laporan, dia memerintahkan puteri dan pengawalnya menghabisi Centurion di tenda peristirahatan.
Sang jagoan waspada, pengawal Gubernur dihabisi, si puteri juga demikian. Kini kemana Centurion harus lari, sementara Markas Romawi tak dapat dipercaya? Film ditutup dengan happy ending. Warga Pict yang baik bertemu dengan tentara Romawi yang teguh.
Film berbiaya rendah (20 juta dolar) untuk ukuran Holywood itu disajikan memikat. Alurnya tak rumit, pemandangan alam indah dan adegan laga yang berkarakter, ganas dan keras. Jika tak ingin kening berkerut, film ini layak sebagai perintang waktu.
(E007/Z002)
Pewarta: Erafzon Sas
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010