Bengkulu (ANTARA News) - Warga Bengkulu sejak lima tahun terakhir mengembangkan usaha pembuatan sovenir bahan baku kulit kayu lantung.
Sebelumnya kerajinan tersebut masih usaha rumah tangga belum menembus pasar, namun dengan tersedianya bahan baku pengusaha souvenir di daerah ini mulai kembangkan pemasarannya secara terbuka hingga masuk pasaran di Bengkulu.
Sutrisno (47), warga Jalan RE Martadinata Kota Bengkulu perajin kulit kayu lantung mengatakan, Minggu, bahwa ia memulai usaha perajin souvenir dimulai delapan tahun lalu, tetapi baru lima terakhir dipasarkan kepada masyarakat luas.
Pemasaran itu dimulai setelah meyakini persediaan bahan baku mencukupi kebutuhan pasar di daerah ini," kita mendapat bahan baku yaitu kulit kayu lantung yang dihasilkan petani di beberpa daerah ini," katanya.
"Untuk mendapatkan bahan baku perajin di daerah ini tidak mengalami kesulitan, karena didaerah ini masih banyak tersedia kayu lantung tumbuh di kebun rakyat," kata Sutrisno.
Ia mengatakan sovenir yang dipasarkan bermacam jenis, mulai dari tas tangan, topi dan beberapa jenis lainnya, tetapi pembuatan dapat menyesuaikan kebutuhan sesuai pesanan, ujarnya.
Setelah pangsa pasar dikembangkan ke tingkat masyarakat, usaha sovenir kulit kayu lantung di Bengkulu semakin dikenal masyarakat luas. Sehingga pasaran sufenir tersebut dapat menembus pasar luar Bengkulu, seperti Pulau Jawa, dan beberapa provinsi di wilayah Sumatera, ujarnya.
Sementara itu, Ny. Farida pedagang sovenir terbuat dari kulit kayu lantung di Bengkulu, mengatakan produk kerajinan kulit kayu lantung tersebut mulai digemari konsumen sejak tiga tahun ini, biasanya pembeli dijadikan sebagai oleh-oleh dan buah tangan.
Ia menyebutkan, permintaan souvenir tersebut dalam lima tahun terakhir telah banyak peminat, hingga mampu menjual sekitar 25-30 potong.
Farida, mengatakan harga hasi kerajinan itu masih terjangkau oleh pangsa pasar di Bengkulu karena penjual menjajakan dengan harga yang relatif murah dibandingkan jenis lainnya.
"Untuk menguasai pasar kita selalu menyesuaikan dengan selera pasara, baik bentuk dan motif agar produk kerajinan tersebut tetap diminati masyarakat," katanya.
Rata-rata penjualan dengan harga Rp15 hingga 30 ribu per/potong tiap jenis, harga tersebut masih relatif murah dan tidak mengalami peningkatan meskipun pada puncak liburan. ***2***
(PSO-150)
(T.pso-150/B/B012/B012) 19-09-2010 18:01:39
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010
www.kaosbengkulu.blogspot.com