"Bahasa Indonesia sangat kondusif untuk dijadikan lirik musik hip-hop, jadi tidak ada alasan bagi musik hip-hop tidak berkembang di sini," kata Tim Levinson di sela-sela Festival Ilmu di Yogyakarta, Minggu.
Tim mengatakan selain memiliki potensi musisi yang berkualitas, termasuk di Yogyakarta, secara teknis Bahasa Indonesia cukup mendukung musik hip-hop.
"Musik hip-hop hadir di dunia memang sebagai alat untuk merefleksikan hidup. Hal tersebut dapat dilakukan oleh musisi hip-hop di masing-masing negara melalui lirik lagu yang dibuatnya," katanya.
Ia mengatakan meskipun pada awalnya hanya dikembangkan oleh masyarakat Afro-Amerika dan Latin-Amerika pada sekitar 1970-an, tetapi saat ini musik yang juga populer dengan sebutan rap itu telah menjadi musik setiap bangsa di bumi ini.
"Saat ini, setiap negara memiliki musik hip-hop. Tidak hanya Amerika, Jerman, Australia, bahkan Indonesia juga memiliki musik hip-hop," katanya.
Menurut dia agar musik hip-hop dapat diterima dan berkembang di masyarakat, musisi membutuhkan media untuk menyampaikan karya yang telah dihasilkan oleh musisi kepada masyarakat.
"Tidak hanya media konvensional seperti televisi dan surat kabar, tapi juga media nonkonvensional seperti media sosial Facebook, Tweeter, dan Myspace," katanya.
Festival Ilmu digelar oleh Kedutaan Besar Australia di Indonesia di Jogja National Museum, 17-19 September 2010 dengan menampilkan kolaborasi musisi hip hop dari kedua negara.
Festival tersebut juga akan mengawali OzFest 2010 Kedutaan Besar Australia selama satu bulan di Indonesia pada 17 September hingga 17 Oktober 2010 yang akan menghadirkan bakat-bakat Australia dalam bidang musik, tari, kesusasteraan, dan pewayangan.
(ANT158/H008)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010