Kabul (ANTARA News) - Rakyat Afghanistan berani pergi ke tempat pemungutan suara (TPS) untuk memilih anggota parlemen pada Sabtu walaupun menghadapi serangan-serangan Taliban sementara para pejabat mengatakan kekerasan itu bisa membuat hasil penghitungan suara mencapai sekitar 40 persen.

Sedikitnya 14 warga sipil tewas dan keluhan-keluhan tentang kecurangan muncul, menyusul peringatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Amerika Serikat (AS)bahwa keamanan dan kecurangan jadi keprihatinan dalam pemungutan suara yang kedua untuk memilih anggota parlemen sejak invasi pimpinan AS pada 2001 yang menggulingkan Taliban.

Para pemberontak menembakkan roket-roket di beberapa kota dan meledakkan bom di tempat-tempat pemungutan suara dan di samping konvoi yang membawa gubernur Kandahar, benteng Taliban di bagian selatan Afghanistan, demikian laporan AFP.

Tapi para pejabat mengatakan beberapa serangan lagi digagalkan.

Fazil Ahmad Manawi, pejabat senior di Komisi Pemilihan, mengatakan sebanyak 3.642.444 suara telah dihitung di 4.632 pusat penghitungan suara, demikian data awal.

"Angka itu berkisar 40 persen dari jumlah maksimum pemilih," tambahnya.

Utusan PBB untuk Afghanistan Steffan de Mistura mengatakan ia memperkirakan hasil di wilayah selatan -- tempat yang dijadikan pangkalan oleh Taliban dan pergolakan paling sengit terjadi -- akan dipengaruhi oleh kekerasan karena kemanan tidak bagus.

"Saya punya gambaran yang bercampur aduk karena...insiden-insiden keamanan cukup banyak. Kami harus melihat malam ini apakah ini telah mengganggu hasil pemilihan," ujarnya.

Dia mengatakan kepada BBC, pemungutan suara akan terganggu di wilayah selatan tetapi banyak warga antusias memberikan suara mereka di beberapa kawasan lain.

Kaum pria dan wanita yang mengenakan pakaian tradisional dan burqa berbaris menunggu giliran memberikan suara di TPS-TPS yang terpisah.

Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) NATO mengatakan sampai penutupan pemungutan suara pada pukul 16:00 waktu setempat (18:30 WIB), pihaknya mencatat 303 insiden kekerasan terkait pemilihan, dibandingkan dengan 479 selama pemilihan presiden tahun lalu.

Amerika Serikat dan NATO mempunyai hampir 150.000 tentara di Afghanistan untuk memadamkan perang yang memasuki tahun kesepuluh.
(Uu.M016/P003)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010