Damaskus (ANTARA News/AFP) - Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, Sabtu, mengumumkan bahwa perlawanan terhadap Barat meningkat di Timur Tengah, setelah melakukan pertemuan dengan sejawat Suriahnya Bashar al Assad di Damaskus.
Pertemuan singkat di bandara Damaskus itu dihadiri Menteri Luar Negeri Suriah Walid Muallem, dilakukan dua hari setelah utusan Amerika Serikat mencari dukungan Damaskus terhadap usaha perdamaian terbaru Washington.
"Front perlawanan meningkat di kawasan itu (dan) rakyat kawasan itu mendukung kebijakan " yang dianut pemerintah Iran dan Suriah, kata Ahmadinejad.
"Kita telah mencapai satu kemenangan besar karena kita dapat mengalahkan rencana musuh untuk mengubah" peta poltik di Timur Tengah, kata presiden Iran itu kepada wartawan sebelum meninggalkan ibu kota Suriah itu.
Sebelum meninggalkan Teheran, Ahmadinejad mengemukakan kepada wartawan hubungan Iran dengan Suriah "solid dan strategis karena memiliki satu pandangan menyangkut semua masalah."
Pada Kamis, utusan khusus Timur Tengah AS George Mitchell di Damaskus mengatakan Washington menginginkan tercapainya satu penyelesaian luas mengenai konflik di kawasan itu termasuk perdamaian antara Suriah dan Israel.
Mitchell mengatakan bagi Washington perjanjian perdamaian Timur Tengah berarti tercapainya satu "perjanjian antara Israel dan Palestina, antara Israel dan Suriah dan antara Israel dan Lebanon dan pemulihan penuh hubungan antara Israel dan tetangga-tetangganya.
"Ada sekelompok orang yang berusaha menggangu proses itu. Tetapi kami memutuskan untuk terus berusaha mencapai tujuan itu," kata utusan AS itu.
Kendati ada perjanjian gencatan senjata pada 1949, Suriah dan Israel tetap secara teknis dalam keadaan perang.
Dataran Tinggi Golan menjadi inti konflik Suriah-Israel sejak derah itu direbut negara Yahudi itu dalam Perang Enam Hari pada 1967 dan dianeksasi pada 1981, satu tindakan yang tidak diakui masyarakat internasional.
Ahmadinejad terakhir mengunjungi Suriah Februari, segera setelah Menlu AS Hillary Clinton menegaskan keinginan Washington agar Suriah menjauhi Iran.
Pada saat itu Ahmadinejad dan Bashar menandatangani perjanjian penghapusan visa yang menandakan hubungan kedua negara semakin lebih erat.
Satu sumber diplomatik Iran Sabtu siang mengatakan dalam pertemuan mereka, Ahmadinejad dan Bashar menegaskan kembali hubungan kuat mereka dan "komitmen untuk terus melakukan konsultasi ... dalam bidang-bidang kepentingan bersama."
Kedua pemimpin itu menyatakan tentang perlunya "meningkatkan kerja sama eonomi, khususnya dalam bidang-bidang minyak, gas, kereta api dan turisme," kata kantor berita resmi Suriah SANA.
Mereka juga menekankan tentang pentingnya kelompok-kelompok politik Irak segera mencari jalan untuk membentuk pemerintah koalisi setelah pemilihan parlemen 7 Maret untuk menjamin persatuan negara itu, kata SANA.
Ahmadinejad berada di Suriah sebentar dalam perjalanannya menuju Aljazair dan Amerika Serikat, tempat ia akan menghadiri sidang Majelis Umum PBB, kata media resmi Iran.(*)
(Uu.H-RN/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010