Bengkulu (ANTARA News) - Pengembangan Bandara Fatmawati, seperti pemasangan lampu-lampu yang menuntun pilot untuk mendaratkan pesawat dalam kondisi cuaca buruk atau precision approach lighting system (PALS) sepanjang 900 meter, menghadapi soal ketersediaan lahan.
"Masyarakat belum melepaskan lahan seluas 3 hektare sehingga pembangunan PALS terhambat," kata Ali Berti, Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Provinsi Bengkulu, Sabtu.
Selain membangun PALS, lahan di sekitar bandara yang masih milik masyarakat itu juga akan digunakan untuk memperpanjang landasan pacu bandara.
Selama ini, katanya, saat cuaca buruk pesawat tujuan Bengkulu harus dialihkan ke Bandara Sultan Mahmud Badaruddin atau kembali ke Bandara Soekarno-Hatta.
"Hal itu karena belum adanya lampu-lampu penuntun saat cuaca buruk meskipun alat bantu pendaratan atau instrument landing system sudah ada," jelasnya.
Sementara Sekretaris Provinsi Bengkulu Hamsyir Lair mengaku sudah menganggarkan ganti rugi lahan masyarakat untuk pengembangan Bandara Fatmawati Rp4,1 miliar.
"Anggarannya dimasukkan dalam APBD perubahan 2010 sebesar Rp4,1 miliar yang akan dibahas di DPRD," katanya.
Ia mengatakan dengan pembebasan lahan tersebut landasan pacu bandara akan diperpanjang dari 2.250 meter menjadi 3.000 meter.
Pemerintah juga akan menertibkan taksi bandara, mengubah pintu masuk dan keluar ruang VIP, membangun restoran, dan mengalihkan ruang tunggu ke lantai dua dengan memasang eskalator.
Penerbangan Bengkulu-Jakarta dan sebaliknya, dilayani empat maskapai, yaitu Lion Air, Mandala Air, Batavia Air, dan Sriwijaya Air.
Setiap hari terdapat tujuh kali penerbangan dengan Lion Air melayani tiga kali penerbangan per hari dan Sriwijaya Air dua kali penerbangan, sementara maskapai lain masing-masing satu kali. (*)
K-RNI/D007
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010