Beirut (ANTARA News) - Utusan Amerika Serikat George Mitchell telah bertemu dengan Presiden Libanon Mitchel Sleiman, Jumat, sebagai bagian dari dorongan baru oleh Washington untuk memerantarai perjanjian perdamaian Timur Tengah yang komprehensif.

Mitchell yang mengatakan "alternatif bagi perdamaian jauh lebih buruk", menegaskan bahwa "Tanpa Libanon tidak akan ada perdamaian komprehensif di kawasan ini".

Ia mengatakan ia telah "menjamin para pemimpin Libanon mengenai dukungan penuh dan aktif kami pada pelaksanaan sepenuhnya" Resolusi 1701 Dewan Keamanan, yang mengakhiri perang 2006 antara Israel dan gerakan Islam Libanon Hizbullah.

Ia menyerukan Libanon selatan bebas semua senjata kecuali senjata yang dipegang oleh militer Libanon dan penjaga perdamaian PBB.

Mitchell juga telah melakukan perjalanan ke Libanon selatan, tempat ia mengunjungi markas besar pasukam penjaga perdamaam PBB yang dikerahkan di wilayah itu.

"Senator itu telah menerima penjelasan singkat mengenai misi dan aktivitas UNIFIL di selatan, kemudian ia kembali ke Beirut," kata wakil jurubicara pasukan itu, Andrea Tenenti.

Ditanya oleh AFP apakah pembicaraan Mitchell dengan para pejabat senior UNIFIL dipusatkan pada masalah senjata Hizbullah yang sensitiff, Tenenti mengatakan mereka memusatkan "hanya masalah yang terkait dengan aktivitas (UNIFIL) di wilayah itu".

Israel acapkali menuduh gerakan Syiah Libanonitu telah menimbun senjata.

Suriah dan Libanon secara teknis masih dalam keadaan perang dengan Israel, dan Washington mengharapkan akan meyakinkan kedua negara itu untuk masuk ke pembicaraan dengan negara Yahudi itu dan untuk mendukung pembicaraan perdamaian Israel-Palestina yang diluncurkan awal bulan ini.

Pada kedatangannya dari Damaskus Kams malam, Mitchell telah menemui ketua parlemen Nabih Berri dan anggota pemerintah Perdana Menteri Saad Hariri. Ia tidak membuat komentar menyusul pembicaraan itu.

Di Damaskus, Mitchell mengatakan perjanjian perdamaian berarti "perjanjian antara Israel dan Palestina, antara Israel dan Suriah dan antara Israel dan Libanon serta pemulihan hubungan penuh antara Israel dan tetangga-tetangganya.(*)

AFP/S008/S004

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010