Surabaya (ANTARA) - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menjelaskan angka positivity rate atau tingkat penularan COVID-19 di Kota Pahlawan, Jatim, naik 9 persen dari sebelumnya usai Lebaran masih di kisaran 5 persen atau dalam posisi aman.
"Ketika ada kenaikan dari 5 persen menjadi 9 persen di Surabaya, maka berarti ini merupakan alarm dan warning. Berarti harus hati-hati, saya harus ingatkan betul harus tetap menjaga protokol kesehatan," kata Wali Kota Eri Cahyadi di Balai Kota Surabaya, Senin.
Tingkat penularan COVID-19 merupakan rasio antara jumlah orang yang mendapatkan hasil positif COVID-19 melalui tes dengan total jumlah tes yang dilakukan.
Menurut Eri, karena tingkat penularan naik, maka Pemkot Surabaya gerak cepat untuk terus mengantisipasinya, salah satunya dengan memasifkan kembali tes usap (swab test) atau tes usap secara massal.
Baca juga: Sebanyak 179 pasien "klaster Madura" dirawat di RSLI Surabaya
Baca juga: Dinkes Surabaya: Waspada tingginya mobilitas saat Idul Adha
Bahkan, pihaknya sudah sepakat dengan Satgas COVID-19 di Surabaya mulai dari Kapolrestabes Surabaya, Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak dan Danrem untuk memasifkan kembali tes usap massal ini.
"Makanya, nanti tidak hanya di pasar-pasar saja, mal-mal yang juga ada kerumunan akan dilakukan tes juga. Bahkan, semua tempat yang ada kerumunannya, termasuk di warung-warung akan dites. Dengan begitu, harapan kami warga bisa semakin taat prokes, sehingga COVID-19 di Surabaya bisa ditekan," katanya.
Pihaknya dalam beberapa hari terakhir sudah melakukan tes usap di berbagai tempat, baik di pasar-pasar maupun pusat kerumunan warga. Bahkan, kata dia, Senin ini, Satgas COVID-19 Surabaya melakukan tes usap di Pasar Atom.
Satgas COVID-19 melakukan tes usap di parkir lantai 5 dan juga di food court Pasar Atom. Karyawan toko dan pemilik toko serta para pengunjung pun tak luput dari tes dadakan itu.
"Jadi, swab hunter, swab massal, baik di mal, di pasar maupun tempat kerumunan dan di daerah Suramadu, terus berbarengan semuanya. Hal ini penting dilakukan untuk menekan COVID-19 di Surabaya," kata dia.
Selain itu, Eri juga menyinggung penerapan jam malam di Surabaya. Menurutnya, berdasarkan keputusan bersama dengan Kapolres dan Danrem, PPKM Mikro dan juga jam malam harus tetap dijalankan.
"Ketika Pak Kapolres dan Danrem memberikan arahan tidak boleh (aktivitas jam malam), ya, kami di Pemkot juga mengatakan tidak boleh, karena kami satu suara. Kami menjadi satu bagian yang tidak bisa dipisahkan," ujarnya.
Oleh karena itu, ia juga meminta tolong dan mengingatkan kepada warga Surabaya untuk terus menjaga protokol kesehatan. Bahkan, ia juga meminta untuk tidak meremehkan COVID-19 ini meskipun sudah selesai divaksinasi.
"Saya juga minta tolong kepada teman-teman (media) untuk selalu mengingatkan dan menginformasikan supaya warga selalu menjaga prokes," katanya. (*)
Baca juga: Satgas COVID-19 masifkan pengawasan di Suramadu
Baca juga: Pimpinan DPRD Surabaya sebut sembilan anggotanya terpapar COVID-19
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021