Tapsel (ANTARA) - Sejumlah petani di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, mulai mengembangkan tanaman komoditi Talas Beneng yang telah terbukti bisa menjadi sumber pendapatan baru di tengah pandemi COVID-19.
"Kami yakin budi daya Talas Beneng ini dapat memberikan harapan baru kehidupan petani," kata Ketua Kelompok Tani (Koptan) "Unang Caci Baen Diho", Pandapotan Simanjuntak, di Kecamatan Tantom Angkola, Tapanuli Selatan, Senin.
Tanaman Talas Beneng atau xanthosoma undipes saat ini banyak dibudidayakan di sejumlah daerah di Indonesia dengan hasil yang memuaskan. Bahkan, di Kabupaten Pandeglang, Banten, hasil budi daya Talas Beneng tumbuhan talas yang berukuran besar ini telah di ekspor ke Belanda dan Australia.
Saat ini permintaan Talas Beneng terus mengalir dari sejumlah negara lainnya seperti dari Selandia Baru, India, Turki dan Malaysia.
Menurut Pandapotan, tahap pertama Koptan Unang Caci Bahen Diho sudah mulai menanam 10 ribu bibit Talas Beneng di atas satu hektare lahan dari tujuh hektare lahan yang telah disiapkan untuk ditanami.
"Targetnya, empat bulan setelah penanaman petani sudah bisa panen. Yang dipanen itu daunnya. Umbinya dianggap celengan. Terserah tergantung petani kapan umbi mau di panen," katanya.
Bibit talas ditanam dengan metode tumpang sari diantara tanaman lain petani. Tanaman talas ini membutuhkan tegakan pohon (pelindung), baik pohon durian, pisang dan lainnya.
"Sehingga tidak harus mengganggu komoditi yang sudah ada. Tanaman talas ini hanya memanfaatkan lahan-lahan kosong (tidur) agar produktif namun memiliki nilai ekonomis," katanya.
Ia mengatakan budi daya Talas Beneng di Kecamatan Tanom Angkola baru kali pertama, setelah Koptan Ulang Caci Baen Diho melakukan kerja sama dengan pengusaha Talas Beneng Pandeglang, Banten.
"Kini sudah ada 10 petani Tantom Angkola yang mau bermitra. Tidak tertutup kemungkinan bagi pemerintah maupun petani lainnya jika ingin bermitra. Kita siapkan bibit sekaligus menampung hasil panen," katanya.
Untuk bibit harganya Rp3.500 per pohon. Koptan Unang Caci Baen Diho nantinya menampung hasil panen daun basah talas Rp1000/kg. Empat lembar daun basah bisa mencapai berat 1 kilogram.
Dikatakan, daun kering Talas Beneng untuk ekspor permintaan negara Australia, sebagai bahan baku tembakau herbal. Sedangkan umbinya untuk memenuhi pasar Eropa. Selain itu, batangnya talas juga bermanfaat yang diolah menjadi bahan baku untuk produk kesehatan.
Pewarta: Juraidi dan Kodir
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021