Mata pelajaran Randai pernah menjadi kurikulum wajib di University of Hawaii selama 2000-2001, kata Budayawan Sumbar, Musra Dahrizal Katik Rajo Mangkuto, di Padangpariaman, Jumat.
Musra yang akrab disapa "Mak Katik" itu pernah mengajar kesenian randai di universitas itu selama satu semester. Bahkan, pada Agustus 2011, dia kembali diundang ke Hawaii untuk mengajarkan randai.
Mak Katik pernah menampilkan randai dengan melibatkan mahasiswa asing dari delapan negara menjadi pemain, pemusik, dan pendendang untuk cerita "Umbuik Mudo" yang dialihbahasakan dari bahasa Minang ke bahasa Inggris.
Kesenian randai, kata Mak Katik yang juga disapa sebaga "Tuo Randai", disukai dan dikagumi karena penuh dengan filosofi adat dan agama.
"Di balik dialog dan gerak silat, sarat filosofi adat dan agama yang menjadi dasar kehidupan," katanya menegaskan.
Menurut dia, bila kesenian Minangkabau bisa menjadi kurikulum wajib di luar negeri, seharusnya di ranah sendiri juga demikian.
Karena tidak diprioritaskannya kurikulum budaya adat Minangkabau di Sumbar, lanjut dia, membuat peran ninik-mamak (saudara seibu, red.) tidak lagi terasa.
Pada kesempatan terpisah, Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumbar, Sayuti Dt. Rajo Pangulu mengatakan pihaknya akan kembali mencoba mengembalikan nilai-nilai adat dan budaya di tengah masyarakat yang mulai pudar.
(ANT/A024)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010