Mendorong perbankan agar memperbesar porsi kredit UMKM menjadi salah satu solusi yang dapat dengan cepat berimplikasi pada pemulihan ekonomi....
Jakarta (ANTARA) - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto menilai peningkatan porsi penyaluran kredit perbankan untuk sektor UMKM bisa mempercepat pemulihan ekonomi, karena langsung memberikan efek ganda meningkatkan aktivitas ekonomi dan menyerap lapangan kerja.
“Mendorong perbankan agar memperbesar porsi kredit UMKM menjadi salah satu solusi yang dapat dengan cepat berimplikasi pada pemulihan ekonomi. Perputaran bisnis UMKM relatif bisa dengan cepat menaikkan produksi dan langsung bersentuhan dengan penyerapan tenaga kerja,” kata Eko dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Di tengah daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih, ditandai dengan permintaan produk UMKM masih terbatas., menggerakkan ekonomi di level UMKM menjadi pilihan utama.
Baca juga: Pemerintah bakal luncurkan program "digital lending" UMKM pada Juli
Ia menjelaskan secara nasional total kredit perbankan untuk UMKM masih sangat rendah atau baru sebesar 19,68 persen dari total kredit perbankan nasional.
Selain dengan menaikkan pagu penyaluran kredit, ia juga menilai perlu kebijakan insentif dari perbankan ke UMKM dalam bentuk pendampingan untuk mendorong UMKM ke level yang layak didanai perbankan.
“Jika mereka (UMKM) tidak dibimbing maka sangat mungkin usahanya akan selalu kecil atau bahkan jadi sasaran berbagai bentuk pembiayaan nonformal ilegal yang saat ini mengepung mereka,” katanya.
Baca juga: BRI: 30 juta UMKM belum tersentuh bantuan pembiayaan formal
Baca juga: Anggota DPR: Pascarestrukturisasi BRI, UMKM harus tetap jadi prioritas
Pemerintah sesungguhnya telah mendorong bank-bank pelat merah menaikkan pagu kredit UMKM. Namun, hanya Bank BRI yang menyanggupi hal tersebut dengan menargetkan penyaluran kredit UMKM hingga 85 persen.
Hingga akhir Maret 2021 penyaluran kredit BRI tercatat sebesar Rp 914,19 triliun, yang ditopang pertumbuhan kredit mikro sebesar Rp 360,03 triliun atau tumbuh 12,43 persen (year on year) dan kredit konsumer tumbuh 1,62 persen (yoy) menjadi Rp145,06 triliun.
Direktur Utama BRI Sunarso menargetkan penyaluran kredit UMKM terus meningkat hingga menembus 85 persen, dari portofolio kredit UMKM saat ini sebesar 80,60 persen dari seluruh kredit BRI.
"Angka ini menunjukkan perbaikan, dibanding periode Maret 2020 dimana porsi UMKM 78,71 persen. Kami akan terus berusaha menaikkan porsi UMKM, hingga mencapai 85 persen dari total portofolio kredit," kata Sunarso.
Baca juga: Kredit mikro BRI tumbuh 12,43 persen pada kuartal I 2021
Baca juga: Jamkrindo bagi tips agar UMKM bisa bertahan di tengah pandemi
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan kredit perbankan bisa menjadi instrumen yang dapat mendorong sektor UMKM berkembang selama pandemi.
“Pelaku UMKM yang mendapat modal usaha dari perbankan bisa merekrut kembali karyawan, membeli bahan baku hingga menolong ekonomi keluarga karena rata-rata pelaku UMKM adalah bisnis skala rumah tangga,” ujarnya.
UMKM jika dikelola dengan baik dengan berbagai insentif dan kebijakan yang tepat bisa menjadi tulang punggung percepatan pemulihan daya beli kelas menengah dan bawah.
Menurutnya, porsi kredit UMKM dari kredit perbankan nasional harusnya mencapai 30-40 persen, namun saat ini total kredit UMKM hanya sekitar 19,68 persen.
Selain BRI yang core business-nya di UMKM, bank-bank lainnya tidak sanggup untuk menyalurkan porsi 20 persen kredit ke sektor UMKM.
"Harusnya bukan halangan ya karena bank bisa lakukan channeling ke BPR misalnya dan fintech juga." katanya.
Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir telah mengarahkan BRI untuk mengoptimalkan pelayanannya kepada pelaku UMKM, dengan alokasi kredit hingga di atas 80 persen.
Erick menyatakan keyakinannya bahwa porsi kredit 80 persen untuk UMKM BRI itu bisa bisa terealisasi. Apalagi, BRI terus melakukan ekspansi.
Baca juga: Dirut BRI: Daya beli dan konsumsi publik kunci pertumbuhan kredit
Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021