Manila (ANTARA) - Kementerian Pertahanan Filipina, Jumat, mengutuk pembunuhan "tak berperikemanusiaan" terhadap dua warga sipil akibat ledakan ranjau yang ditanam oleh pemberontak komunis, dan berjanji akan memberikan keadilan bagi para korban dan keluarga mereka.
Keith Absalon (21 tahun) dan sepupunya, Nolven Absalon (40 tahun), tewas pada 6 Juni ketika ranjau anti personel meledak saat mereka sedang bersepeda di Masbate, di Filipina tengah.
Partai Komunis Filipina (CPP) menyatakan bertanggung jawab atas insiden tersebut, menyalahkan "kesalahan dalam aksi militer" oleh unit sayap bersenjatanya, Tentara Rakyat Baru (NPA).
Filipina adalah penandatangan Konvensi Ottawa 1999, atau "Perjanjian Pelarangan Ranjau."
"Insiden ini bukan hanya kesalahan taktis, karena ranjau ini ditanam di sana untuk menyakiti dan dan membuat kerusakan," kata Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana dalam pernyataan, Jumat.
Dia mengatakan serangan itu adalah bukti bahwa NPA "mengabaikan keselamatan warga sipil yang tidak bersalah."
Kepala polisi nasional Filipina telah meluncurkan perburuan untuk melacak mereka yang bertanggung jawab.
Pertempuran antara NPA dan militer sejak 1968 telah menewaskan lebih dari 40.000 orang. Upaya perdamaian oleh Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah berulang kali digagalkan.
Carlos Conde, peneliti Filipina untuk Human Rights Watch, mengatakan insiden itu "menunjukkan ancaman mengerikan yang ditimbulkan senjata semacam itu pada semua warga sipil.
Sumber: Reuters
Baca juga: Panglima militer Filipina kunjungi pulau di perairan sengketa
Baca juga: IS nyatakan bertanggung jawab atas ledakan di pasar Filipina
Satu WNI sandera Abu Sayyaf meninggal dunia
Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021