Jakarta (ANTARA) - Pengamat ekonomi Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Trioksa Siahaan memperkirakan holding BUMN ultra mikro dapat menjadi institusi besar berdaya saing global.

Senior Faculty LPPI itu menyampaikan kemampuan ekspansi dan penjagaan kualitas pembiayaan oleh setiap anggota holding telah terbukti pada masa pandemi Covid-19 ini.

"Dengan kemampuan kemampuan ekspansi dan penjagaan kualitas pembiayaan, holding ini akan menjadi institusi besar yang juga berdaya saing global," ujar Trioksa dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.

Dia menyebutkan integrasi ekosistem ini akan membuat ekspansi usaha semakin lebih kuat, sehingga mendorong lebih banyak investor untuk berkontribusi langsung pada pengembangan ultra mikro secara langsung maupun melalui holding ultra mikro.

Lagi pula, ketiga institusi ini dinilai sudah mampu mencari pendanaan dengan penerbitan surat utang.

Bahkan, BRI sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia mampu menerbitkan global bond dan sustainability bond yang investornya berasal dari luar negeri.

Trioksa menambahkan integrasi ini pun akan meningkatkan daya saing setiap institusi.

"Pasalnya, penggunaan teknologi informasi dan penggunaan big data akan semakin intensif membantu baik pelaku ultra mikro maupun holdingnya sendiri," katanya.

Seperti diketahui, pemerintah akan menginterasikan tiga entitas BUMN yang melayani sektor ultra mikro dan UMKM yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Pegadaian (Persero), dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM.

Pembentukan holding ultra mikro tersebut sesuai visi pemerintah untuk meningkatkan aksesibilitas layanan keuangan pada segmen ultra mikro.

Kementerian BUMN sebelumnya telah memastikan proses pembentukan holding ultra mikro pada tahun ini berjalan lancar

“Alhamdulillah, proses pembentukan holding ultra mikro sejauh ini sudah sangat baik. Ini hanya menunggu tanda tangan PP dari banyak kementerian," kata Menteri BUMN Erick Thohir.

Dengan holding ini, pemerintah akan mendorong suku bunga pembiayaan ultra mikro lebih rendah. Langkah ini ditujukan untuk mempercepat ekspansi pembiayaan holding dan peningkatan kinerja ultra mikro hingga naik kelas.

"Hal utama yang akan kami dorong adalah suku bunga dari PNM ke depannya lebih rendah," sebutnya.

Menurut Erick, saat ini belum terdapat sinergi yang kuat dari berbagai lapisan BUMN dalam mendorong pertumbuhan UMKM. Padahal UMKM merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia sehingga segmen itu pun perlu didorong pertumbuhannya dan dilindungi dari dampak pandemi COVID-19.

Sementara itu, pengamat perbankan dari Universitas Bina Nusantara Doddy Ariefianto menyampaikan sentra UMKM nasional saat ini masih berpusat di Jawa, padahal seharusnya bisa dapat berkembang di luar Jawa mengingat besarnya potensi ekonomi.

"Holding ultra mikro ini adalah rencana yang sangat tepat. Bagi pemerintah ini akan mampu membuat sentra UMKM baru yang mengatasi permasalahan pemerataan ekonomi," kata Doddy.

Melalui pembentukan holding, pemerintah berharap target rasio kredit UMKM hingga lebih dari 30 persen pada 2024 dapat terwujud. Diestimasikan ada 25 juta orang yang akan terbuka aksesnya terhadap layanan simpanan dan pinjaman pasca holding ini terbentuk.

Selain itu, konsolidasi ini juga diharapkan dapat meningkatkan pemerataan ekonomi di Indonesia, menciptakan lapangan kerja dan bisnis baru di segmen ultra mikro, serta memperkuat kerangka sistem finansial melalui integrasi layanan keuangan yang strategis.

Baca juga: Holding ultra mikro dorong penciptaan wirausahawan baru secara masif

Baca juga: Pakar sebut holding BUMN ultra mikro atasi persoalan pinjol ilegal

Pewarta: Aji Cakti
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021