Jakarta (ANTARA) - Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri menyebutkan bahwa pemimpin strategik bukanlah sosok yang suka melakukan pencitraan semata, tetapi harus yang bersedia turun ke bawah dan langsung bersentuhan dengan rakyat kecil.

'Kepemimpinan strategik tidak bisa berdiri atas dasar pencitraan," kata Megawati saat menyampaikan orasi ilmiah pengukuhan gelar Profesor Kehormatan (Guru Besar Tidak Tetap) Ilmu Pertahanan bidang Kepemimpinan Strategik dari Universitas Pertahanan (Unhan) RI, di Kampus Unhan, Sentul, Bogor Jawa Barat, Jumat.

Megawati mengutip pernyataan Jim Collins, bahwa kepemimpinan strategik merupakan kepemimpinan yang membangun organisasi, yang jauh lebih penting ketimbang sekadar popularitas diri.

Baca juga: Megawati ucapkan terima kasih kepada Prabowo dan Nadiem

Sebaliknya, kepemimpinan strategik memerlukan kerja turun ke bawah, dan langsung bersentuhan dengan rakyat bawah atau wong cilik.

"Sebab ukuran kemajuan suatu bangsa, parameter ideologis justru diambil dari kemampuan negara di dalam mengangkat nasib rakyat yang paling miskin dan terpinggirkan," kata Megawati dalam siaran persnya.

Itulah tanggung jawab etik dan moral terbesar seorang pemimpin: menghadirkan terciptanya keadilan sosial, katanya.

Baca juga: Sejumlah menteri hadiri pengukuhan gelar Profesor Kehormatan Megawati

Megawati mengajak kritik dan otokritik dilakukan agar hakekat kepemimpinan strategik bagi bangsa dan negara dipahami esensi dan implementasinya.

"Saya mengajak seluruh elemen bangsa, khususnya para pemimpin di jajaran pemerintahan negara, baik pusat maupun daerah, Pimpinan partai politik, TNI, Polri, dan seluruh aparatur sipil negara untuk mengambil hikmah terbesar tentang makna kepemimpinan strategik yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat," kata Ketua Umum PDI Perjuangan ini.

Baca juga: Prabowo dampingi Megawati ke sidang pengukuhan gelar profesor

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2021