Mataram (ANTARA) - Yayasan Lombok Care menyebutkan terdapat ratusan anak di Pulau Lombok terlahir dengan kaki pengkor atau "clubfoot" dengan rata-rata usia mereka dari 0 sampai 10 tahun.
"Menurut informasi dan data, ada ratusan anak yang terlahir dengan kondisi clubfoot," kata pengelola yayasan yang bergerak pada penyandang disabilitas itu, Apip melalui siaran persnya, Jumat.
Ia menyebutkan anak-anak yang terlahir dengan kaki pengkor sebenarnya dapat ditangani sedini mungkin agar perkembangan kaki mereka dapat normal seperti pada umumnya.
Baca juga: Yayasan Bersih sasar vaksinasi COVID-19 untuk disabilitas di Surabaya
Namun, kata dia, karena minimnya informasi, kurangnya sumberdaya, langkanya alat bantu yang dibutuhkan juga mahalnya biaya pengobatan, akhirnya banyak anak-anak yang tidak tertangani dan akhirnya menjadi disabilitas permanen.
Di awal tahun 2021 Yayasan LombokCare bersama Yayasan Stepping Stones Bali (NGO yang konsen menangani clubfoot) melakukan komunikasi untuk dapat bekerja sama dalam membantu anak-anak dan keluarganya agar terbebas dari clubfoot/kaki pengkor, katanya.
Stepping Stones sudah membantu puluhan anak dari NTB dengan kaki pengkor dalam dua tahun terakhir ini. Karena pandemi, akhirnya anak-anak yang sedang dalam penanganan terhambat dalam melakukan penanganan dikarenakan banyaknya aturan-aturan baru yang membatasi semua kegiatan termasuk dalam hal perjalanan antar daerah/provinsi.
Untuk itu agar penanganan dapat terus berlanjut dan terutama untuk membantu anak-anak dengan kaki pengkor sedini mungkin di wilayah Lombok khususnya dan NTB pada umumnya. "Kami melakukan MoU untuk melaksanakan program ini bersama dengan melibatkan dokter ortopedi dari Lombok," katanya.
Program kaki pengkor atau Clubfoot Clinic resmi dilaksanakan per 8 April 2021 di Yayasan LombokCare setelah dua bulan Tim Fisioterapis dan Peksos LombokCare mendapatkan pelatihan-pelatihan khusus.
Baca juga: Mensos butuhkan inovasi perempuan kurangi celah teknologi disabilitas
Adapun proses penanganan yang kami lakukan memiliki beberapa tahapan, diantaranya tahapan; deteksi (assesmen, pengukuran kondisi kaki atau pirani score), pemakaian gips (setiap minggunya maksimal sampai delapan kali), pendampingan operasi tenotomi, pemasangan gips pasca operasi, dan pemakaian brace atau sepatu khusus selama empat tahun.
Hingga kini sudah delapan minggu Clubfoot Clinic diadakan dengan total 15 anak dengan rentang usia satu bulan-tujuh tahun terdaftar sebagai penerima manfaat. Mereka berasal dari berbagai wilayah di NTB seperti Mataram, Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Tengah, Bima, dan Dompu.
Ke depannya untuk menyukseskan program ini, tentunya perlu melibatkan banyak pihak seperti kader-kader dan bidan desa untuk deteksi dini, dokter ortopedi, dinas dan instansi terkait, perangkat desa dan dusun, organisasi atau lembaga lain, dan masyarakat luas.
Selain itu Yayasan LombokCare bersama Stepping Stones juga akan mengembangkan kerjasama dengan NGO Internasional dan Rumah Sakit agar penanganan semakin baik.
Kami berharap agar program ini dapat terus berlanjut dan mendapat dukungan berupa materi ataupun non materi dari berbagai pihak terutama pemerintah, lembaga, instansi, perusahaan, masyarakat dan orang-orang baik yang peduli, agar dapat membantu anak-anak dengan kaki pengkor khususnya di NTB agar tidak terjadi disabilitas permanen dan agar mendapatkan pelayanan secara GRATIS terutama bagi keluarga yang kurang mampu, paparnya.
Baca juga: Kemensos siapkan 490 kursi roda dan tongkat sensor untuk disabilitas
Pewarta: Riza Fahriza
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021