Presiden AS Barack Obama memerintahkan untuk menghentikan pengeboran deepwater baru setelah ledakan mematikan merobek rig (anjungan minyak) yang disewa British Petroleum (BP) pada April, demikian pengumuman Royal Dutch Shell di Montreal , Kanada, Senin.
Sejauh ini penghentian tersebut hanya memiliki pengaruh "agak kecil" pada pasokan minyak karena kapasitas minyak yang sangat besar Arab Saudi, kata kepala eksekutif Peter Voser.
Namun, ia menambahkan, "jika moratorium atau jeda itu akan lama, maka anda cukup jelas akan mulai melihat dampak pada pasokan dari perairan yang dalam, kemungkinan besar (sekitar) waktu 2015-2020 dan dunia perlu memperhatikan itu."
Jeda atau moratorium saat ini berlaku sampai dengan 30 November.
Setelah pengadilan memutuskan untuk membatalkan keputusan moratorium enam bulan, pemerintah federal mengeluarkan larangan baru pada 12 Juli untuk tanggal jatuh tempo pada 30 November untuk memastikan perusahaan minyak menerapkan langkah-langkah keselamatan setelah bencana tumpahan minyak terburuk dalam sejarah.
Namun para pejabat lokal, anggota parlemen dan pekerja industri minyak mengatakan langkah tersebut akan merugikan ratusan ribu pekerjaan bagi ekonomi daerah yang sudah babak belur oleh tumpahan besar, yang menumpahkan 4,1 galon minyak mentah ke dalam air.
Perusahaan-perusahaan minyak yang beroperasi luas di Teluk Meksiko memperingatkan eksodus jika pengeboran tetap dihentikan.
Berbicara di Kongres Energi Dunia ke-21 di Montreal, dengan peserta 5.000 perwakilan industri energi, Voser mengatakan, gas alam dapat menjadi solusi masa depan untuk pengurangan pasokan minyak dan meningkatnya kebutuhan energi.
"Gas alam, sebagai bahan bakar fosil dengan pembakaran bersih, akan memainkan sebuah peran penting dalam dekade yang akan datang," katanya. "Ini memiliki potensi untuk mengubah lansekap energi bagi dunia secara keseluruhan."
Voser mengatakan gas alam dapat memenuhi pertumbuhan kebutuhan energi di seluruh dunia, sementara mempertahankan pasokan sehat yang bisa menyumpal pasar untuk 250 tahun.
Pada 2020, permintaan global untuk gas alam akan tumbuh sebesar 25 persen, sebelum melonjak menjadi 50 persen pada 2030, menurut kepala Shell.
(A026/A011)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010