Pesawat ATR-42 itu sedang dalam penerbangan domestik antara pulau Karibia Margarita dan kota industri selatan Puerto Ordaz ketika jatuh di dekat pintu gerbang pabrik Sidor di tepi sungai Orinoco.
"Kami masih belum tahu penyebab pastinya," kata gubernur wilayah itu, Francisco Rangel Gomez, kepada televisi pemerintah, dengan menambahkan bahwa pilot telah memberikan peringatan melalui radio bahwa pesawat itu sedang mengalami kesulitan.
"Saya berharap kami bisa menemukan korban-korban selamat yang lain," kata gubernur tersebut.
Jose Bonalde, kepala pemadam kebakaran, mengatakan kepada Reuters, 13 mayat telah dipindahkan dari pesawat tersebut.
Sebuah rumah sakit Puerto Ordaz telah menerima 21 korban cedera dan dua mayat dari lokasi kejadian, dimana puing-puing hangus pesawat turboprop itu masih terbakar setelah kecelakaan siang hari itu.
Direktur rumah sakit Yanitza Rodriguez mengatakan, banyak korban yang selamat mengalami luka-luka serius.
Gomez menyebut korban yang selamat berjumlah sedikitnya 23. Ia menyatakan bahwa 51 orang berada di pesawat Conviasa itu, sementara Menteri Perhubungan Francisco Garces mengatakan sebelumnya bahwa jumlah orang di pesawat itu 47.
ATR, pesawat turboprop bermesin ganda yang memiliki 40-70 tempat duduk, merupakan usaha patungan antara perusahaan induk Airbus EADS dan perusahaan penerbangan Italia Finmeccanicadan.
Sejumlah pejabat mengatakan, kecelakaan itu tidak menimbulkan korban atau kerusakan pada intalasi Sidor.
Kecelakaan besar terakhir di Venezuela terjadi pada 2008 ketika pesawat ATR-42 milik perusahaan penerbangan swasta Santa Barbara jatuh di daerah pegunungan, menewaskan seluruh 46 orang di dalamnya. (M014/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010