adanya RUU EBT, diharapkan EBT bisa menjadi lebih kompetitif melalui mekanisme insentif dan juga implementasi carbon pricing, yakni dengan memperhitungkan faktor eksternalitas akibat emisi karbon pada kesehatan, lingkungan hidupJakarta (ANTARA) - Anggota DPR RI Dyah Roro Esti mengatakan Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Energi Baru dan Terbarukan (EBT) akan mendorong pengembangan energi bersih yang ramah lingkungan tersebut, menjadi lebih kompetitif.
Menurut dia, dalam keterangannya di Jakarta, Kamis, Indonesia memiliki potensi EBT yang melimpah dan beragam di setiap wilayahnya.
Sebagai contoh, energi surya memiliki potensi tergolong tinggi di Indonesia bagian timur dan energi angin, potensinya tinggi di Sulawesi Selatan. Indonesia juga memiliki sekitar 40 persen cadangan energi panas bumi dunia.
Namun, lanjut legislator milenial Partai Golkar ini, hingga kini EBT yang bersih masih kurang kompetitif dan tidak lebih menarik dari energi fosil.
"Dengan adanya RUU EBT, diharapkan EBT bisa menjadi lebih kompetitif melalui mekanisme insentif dan juga implementasi carbon pricing, yakni dengan memperhitungkan faktor eksternalitas akibat emisi karbon pada kesehatan, lingkungan hidup, dan aspek lainnya yang berkaitan," katanya dalam diskusi bertajuk "Save Energy, Stay Eco-Friendly".
Diskusi dalam rangka World Environment Day atau Hari Lingkungan Hidup Sedunia dan diselenggarakan Market Transformation for Renewable Energy and Energy Efficiency (MTRE3), Global Environment Facility (GEF), Kementerian ESDM, dan UNDP Indonesia ini membahas pentingnya peran efisiensi energi dan pemanfaatan energi bersih di Indonesia untuk mendukung akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Diskusi virtual ini dihadiri Sophie Kemkadhze, Deputy Resident Representative UNDP Indonesia dan Dadan Kusdiana, Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM sebagai pemberi sambutan pembuka.
Sedang, panelisnya adalah Boyke Lakaseru dari National Project Manager MTRE3 Project; Steve Piro, pendiri dan Direktur Synergy Efficiency Solutions; Dyah Roro Esti, Anggota Komisi VII DPR RI; Stephanie Larassati, Direktur dan Arsitek Prinsipal AT-LARS; Swietenia Puspa Lestari, pendiri dan Direktur Eksekutif Yayasan Penyelam Lestari Indonesia (Divers Clean Action); dan Marcel Chandrawinata, selaku publik figur.
Dyah Roro menambahkan ke depannya Indonesia bisa menggunakan EBT tidak hanya sebagai energi alternatif, tetapi sebagai sumber energi utama.
"Indonesia juga dapat mencapai target-target yang lebih ambisius, utamanya dalam mencapai target net zero," ujarnya.
Dyah Roro Esti menyatakan apresiasinya terhadap forum diskusi yang edukatif ini dan mengajak seluruh masyarakat Indonesia bersama mendukung keberlanjutannya melalui peran di bidangnya masing masing dan memulai dari diri masing masing.
Baca juga: Punya cadangan besar, gas metana hidrat jadi solusi energi bersih RI
Baca juga: Norwegia siap perkuat kerja sama energi terbarukan dengan Indonesia
Baca juga: Menteri ESDM ungkap strategi RI capai target karbon netral pada 2060
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021