Ada kecenderungan lebih cepat melakukan akselerasi penularan seperti mutasi dari India dan Inggris
Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengemukakan lonjakan kasus COVID-19 secara cepat dan masif di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah merupakan tolok ukur kemunculan varian baru virus corona.
"Model-model penularan yang terjadi secara masif dan cepat itu juga bisa merupakan salah satu tolak ukur yang memperlihatkan adanya suatu varian baru," katanya dalam acara virtual Dialog Kabar Kamis di Media Center KPCPEN di Jakarta, Kamis.
Lonjakan kasus COVID-19 di Kabupaten Kudus saat ini hampir mencapai 2.000 kasus. Angka tersebut meleset dari perkiraan awal pemerintah setempat yang berkisar 200 kasus usai Idul Fitri 1442 Hijriah.
Dante mengatakan hal yang perlu diwaspadai mutasi dari SARS-CoV-2 yang terjadi dari Kudus, sebab memiliki karakteristik sama dengan mutasi virus dari India dan Inggris yang menular cepat serta masif.
"Ada kecenderungan lebih cepat melakukan akselerasi penularan seperti mutasi dari India dan Inggris itu lebih cepat untuk memberikan tingkat penalaran yang lebih dramatis dibandingkan dengan mutan yang normal," ujarnya.
Baca juga: Kemenkes konfirmasi kasus baru penularan corona varian B117 dan B1351
Dia mengatakan saat ini sudah ada 17 laboratorium di seluruh Indonesia yang mampu melakukan pemeriksaan genom sequencing untuk mendeteksi varian-varian baru tersebut.
Upaya yang saat ini dilakukan pemerintah, kata Dante, uji sampel secara acak dengan kriteria khusus kemudian data tersebut dikompilasi dan di analisa.
"Masing-masing daerah mengirim lima sampel setiap pekan," katanya.
Dia menambahkan sejauh ini sudah terdapat 65 kasus mutasi serta varian baru SARS-CoV-2 yang terdeteksi di Indonesia berdasarkan hasil pemeriksaan oleh 17 laboratorium.
Sampel genom yang dianalisa tidak hanya berasal dari pasien di bawah usia 30 tahun, namun semua kasus diuji termasuk yang di atas 30 tahun.
"Tetapi memang kecepatan dari uji whole genom sequencing (WGS) ini terbatas dibutuhkan beberapa waktu untuk melakukan maksimalisasi secara teknis pengujian tersebut dan pengujian membutuhkan waktu satu sampai dua pekan sehingga keseluruhan kira-kira 2.000 (WGS) yang kita uji secara acak," katanya.
Baca juga: Wamenkes: Lonjakan COVID-19 di Kudus dan Bangkalan contoh abai prokes
Baca juga: Sampel varian COVID-19 di Kudus-Bangkalan masih diteliti, kata satgas
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021