Conakry (ANTARA News/Xinhua-OANA) - Satu orang tewas dan 54 orang lagi cedera dalam bentrokan sengit antar-pendukung calon presiden yang bersaing dalam pemilihan umum, di ibukota Guinea, Conakry, demikian laporan yang mengutip keterangan sumber resmi, Ahad.

Bentrokan meletus pada Sabtu di Conakry antara pendukung Cellou Dalein Diallo, calon utama dalam babak pertama, dan calon nomor 2 Alpha Conde. Situasi telah dapat dikendalikan pada Ahad.

Polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan kerumunan orang di beberapa tempat.

Kerusuhan tersebut meletus setelah satu hari kerusuhan pada Sabtu antara pendukung Diallo dan Conde.

"Kami telah mencatat satu orang ditembak hingga tewas oleh empat pesaing dan banyak orang lagi cedera. Kantor kami di Hamdallaye (satu permukiman di Conakry) dijarah," kata Moustaphe Naite, jurubicara bagi partai Conde, RPG.

Partai Diallo mengkonfirmasi bentrokan terjadi tapi membantah ada pendukungnya yang telah melepaskan tembakan dan mengatakan mereka diserang oleh pengikut Conde.

Seorang reporter Reuters melihat kubangan darah di kantor RPG di Hamdallaye. Beberapa saksi mata memperkirakan jumlah orang yang cedera pada akhir pekan lalu sebanyak 50.

Bentrokan tersebut terjadi setelah keputusan satu pengadilan pekan lalu untuk memenjarakan dua pejabat senior dari komisi pemilihan umum, yang dikenal sebagai CENI. Keduanya dituduh mencampuri hasil pemungutan suara babak pertama, yang berlangsung Juni.

"Keputusan itu bertujuan memancing ledakan di dalam tubuh CENI sehingga proses pemilihan umum dapat ditunda agar babak kedua tak berlangsung pada 19 September," kata Soulaymane Bah, jurubicara partai Diallo, UFDG.

Presiden Komisi Pemilihan Umum Ben Sekou Sylla dan kepala perencanaannya El Hadj Boubacar Diallo dijebloskan ke dalam penjara selama satu tahun karena dinyatakan secara tidak sah menarik sebagian kertas hasil dalam babak pertama pemungutan suara.

Partai Conde, RPG, telah menentang tuduhan terhadap kedua orang tersebut.

"Pemerintah telah membekukan kampanye sampai pemberitahuan lebih lanjut, tapi kami takkan mempermasalahkan tanggal 19 September," kata jurubicara pemerintah Aboubacar Sylla.

Menurut laporan media, pemerintah sementara menyerukan pertemuan darurat kabinet, Ahad, guna membahas situasi saat ini di negeri tersebut. Pertemuan itu memutuskan untuk melarang demonstrasi di jalan guna melicinkan jalan bagi babak kedua pemilihan presiden, yang dijadwalkan berlangsung 19 September.

Hasil pemungutan suara babak pertama memperlihatkan Diallo, mantan perdana menteri dan pemimpin Uni Kekuatan Demokratik Guinea (UFDG), meraih 43,69 persen suara, sementara Conde memperoleh 18,25 persen dari seluruh suara. Kedua orang itu memenuhi syarat untuk memasuki babak kedua pemungutan suara. (C003/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010