"Memang berbahaya terlalu cepat memuji pemain muda karena mereka masih muda dan masih harus belajar banyak hal. Namun kami percaya sekali membantu dia karena kami yakin dia pemain yang punya potensi,"
Pilih bela tanah air

Mengenai Zinchenko, selain mumpuni dalam hal olah bola, dia juga memiliki leadership. Tak heran jika dalam usia semuda dia, bek kiri Manchester City ini sudah dinobatkan sebagai kapten Ukraina.

​​​​​​​Namun, tujuh tahun silam, Zinchenko terpaksa terlunta-lunta di Moskow setelah harus mengungsi ke Rusia akibat perang saudara di negaranya.

Tak lama setelah dia dan klubnya Shakhtar Donetsk bertanding melawan Arsenal dalam UEFA Youth League pada Februari 2014, ibunya memutuskan bersuaka ke Rusia guna menghindari konflik militer yang pecah di Donbas, Ukraina.

Kondisi Ini memaksa pemuda 17 tahun itu memutuskan kontrak dengan Donetsk setelah enam tahun dia bela.

Di Rusia, Zincheko bukan siapa-siapa, bahkan sempat bermain tanpa bayaran. Dua raksasa Rusia, Zenit St Petersburg dan Spartak Moscow, menolaknya dengan alasan pemuda berbakat seperti dia sudah banyak mereka miliki.

Peruntungan berubah manakala Ufa, salah satu klub liga utama Rusia, menoleh dia.

Di Ufa, Zinchenko tampil mengesankan karena potensi dan caranya mengambil keputusan di lapangan. Rubin Kazan, kata mantan pelatih klub ini, Rinat Bilyaletdinov, sebenarnya ingin sekali mengontrak Zinchenko tetapi terhalang oleh masalah hukum dengan bekas klubnya Shakhtar.

Zinchenko bergabung dengan Ufa awal 2015. Pelatih pertamanya dalam klub ini, Igor Kolyvanov, jarang memainkan dia. Tetapi setelah pelatih berganti dengan Yevgeny Perevertaylo pada Oktober 2015, Zinchenko menjadi starter reguler Ufa.

“Saya tahu dia mesti bermain mengingat kualitas cemerlangnya. Zinchenko itu playmaker tapi kualitas bertahannya juga bagus, dan untuk itu saya kadang memainkan dia sebagai bek kiri manakala kami memerlukan bak sayap berorientasi menyerang,” kata Perevertaylo.

Manakala Zinchenko rutin menjadi starter Ufa, federasi sepak bola Ukraina yang tadinya tak menganggap dia, tiba-tiba takut pemain itu beralih ke Rusia, apalagi mudah sekali bagi warga Ukraina asal Donbas yang kebanyakan etnis Rusia, dalam mendapatkan kewarganegaraan Rusia.

“Kami ingin Zinchenko mendapatkan kewarganegaraan Rusia sehingga dia tak lagi dianggap orang asing di Rusia. Tapi dia bilang tidak,” kata humas Ufa Sergey Tyrtyshnyi kepada BBC Sport.

Ukraina lalu memanggil Zinchenko memperkuat ibu pertiwi melawan Spanyol pada Oktober 2015 dan meski dimainkan hanya tiga menit, prospek dia pindah ke Rusia menjadi mustahil.

“Zinchenko itu anak pintar. Dia tahu alasan mereka (Ukraina) melakukan hal itu. Dia bisa saja menolaknya tetapi bersedia ke sana karena dia ingin membela tanah airnya,” kata Tyrtyshnyi.

Zinchenko memainkan 33 pertandingan untuk Ufa sebelum merapat ke Manchester City pada 2016 dalam kontrak senilai 1,8 juta pound, dalam usia 19 tahun.

Sempat dipinjamkan satu musim kepada PSV Eindhoven, dia kembali membela Man City untuk membangun diri sebagai salah satu pemain penting skuad Guardiola.

Bek kiri yang kerap dimainkan sebagai gelandang itu pun kian bersinar sampai turut mempersembahkan tiga gelar juara liga, satu Piala FA, dan empat Piala Liga kepada Man City. Puncaknya, pada 2019 dia dinobatkan sebagai pemain terbaik Ukraina.

Dia sudah menjadi kebanggaan Ukraina sampai-sampai ban kapten timnas dianugerahkan kepada dia. Dia pun menjadi muka yang paling dikenal dunia dalam skuad Ukraina dan bagian penting di balik sukses Ukraina menapaki putaran final Euro 2020 dengan status juara grup kualifikasi.

Mulai 13 Juni nanti negaranya menunggu aksi cemerlang dia dalam memimpin Ukraina lolos dari fase grup Euro 2020 di mana Belanda, Austria dan Makedonia Utara menjadi lawan-lawan yang harus dilalui dalam fase grup.

Bukan mustahil di bawah kepemimpinan Zinchenko di lapangan, Ukraina menciptakan rekor masuk babak knockut Euro setelah tak berhasil melakukannya pada 2012 dan 2016.

Baca juga: Zinchenko teken kontrak baru berdurasi tiga tahun di City
Baca juga: Ukraina pimpin Grup A4 Nations League setelah tundukkan Swiss

Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2021