Kami akan melakukan percepatan tanam. Di mana ada air, kami akan melakukan akselerasi di sana
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pertanian merencanakan untuk tetap fokus pada pemenuhan pangan masyarakat pada 2022 dengan mempertahankan tingkat produktivitas komoditas prioritas seperti yang dilakukan pada tahun 2020 dan 2021.
“Kami akan tetap fokus untuk menyediakan pangan utama bagi 273 juta penduduk Indonesia,” kata Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI di Jakarta, Rabu.
Untuk mewujudkan upaya tersebut, Kementerian Pertanian menyiapkan sejumlah program yaitu menjaga keberlanjutan peningkatan produksi komoditas prioritas, pengembangan diversifikasi pangan lokal, penguatan rantai pasok dan logistik pangan, penguatan food estate dan korporasi petani, serta pengembangan smart farming dan digitalisasi pertanian.
Kementan mendapatkan Pagu Indikatif Rp14,51 triliun dalam rangka pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan pertanian 2022. Dengan anggaran tersebut, Kementan menetapkan target produksi komoditas utama, yaitu padi sebesar 55,20 juta ton, jagung 20,1 juta ton, kedelai 0,3 juta ton, bawang merah 1,64 juta ton, cabai 2,87 juta ton, gula 2,3 juta ton, dan daging sapi 0,44 juta ton.
Untuk mengamankan produksi pangan, Kementan melaksanakan mitigasi untuk mengantisipasi musim kering. Salah satu langkah strategis yang dilakukan adalah mengiventarisasi daerah rawan kekeringan dan pengawalan, serta memonitor pertanaman pada daerah potensi kekeringan.
Selain itu, koordinasi dengan daerah juga diintensifkan untuk memitigasi dampak risiko. Syahrul meminta jajarannya melakukan diseminasi informasi prakiraan iklim, serta mengadvokasi pemanfaatan sumber-sumber air seperti embung, bendungan, waduk, serta mendorong petani untuk memanfaatkan asuransi dan bantuan sarana produksi.
“Kami akan melakukan percepatan tanam. Di mana ada air, kami akan melakukan akselerasi di sana,” kata Syahrul.
Seiring dengan upaya penyediaan pangan, Kementan juga terus melakukan akselerasi ekspor pertanian di tahun-tahun mendatang. “Kita akan menjalankan program untuk meningkatkan nilai tambah, daya saing, dan ekspor pertanian,” sebut Syahrul.
Pada tahun 2020, nilai ekspor pertanian Indonesia meningkat 15,79 persen dibandingkan tahun sebelumnya dengan nilai dari Rp390,16 triliun menjadi Rp451,77 triliun. Struktur nilai ekspor pertanian secara keseluruhan diekspor dalam bentuk olahan 89 persen dan hasil pertanian segar 11 persen.
Baca juga: Ikhtiar pemenuhan ketahanan pangan saat pandemi di perkotaan
Baca juga: SSI: Digitalisasi pangan bantu pemenuhan konsumsi lebih efisien
Baca juga: Peneliti: UU Cipta Kerja jadikan impor pemenuhan pangan dalam negeri
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021