Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore ditutup melemah jelang rilis data inflasi Amerika Serikat.
Rupiah ditutup melemah 2 poin atau 0,02 persen ke posisi Rp14.255 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.253 per dolar AS.
"Investor menunggu data inflasi AS yang akan datang sambil mencerna data inflasi yang dirilis oleh China," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Rupiah terkoreksi pascarilis data cadangan devisa Mei
Indeks harga konsumen (CPI) China pada Mei di bawah perkiraan yaitu 1,3 persen (yoy). Sedangkan, indeks harga produsen (PPI) tumbuh lebih baik dari perkiraan yaitu 9 persen (yoy).
Investor terus bertaruh terhadap dolar tetapi tetap khawatir tentang apakah bank sentral AS The Fed akan mulai menarik langkah-langkah stimulus mereka yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Beberapa investor memperkirakan bahwa inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan di AS dapat mendorong bank sentral untuk mulai mengurangi pembelian aset mereka dan memberikan dorongan pada dolar.
Baca juga: Rupiah berpeluang menguat lagi, seiring imbal hasil obligasi AS turun
Indeks dolar yang mengukur kekuatan dolar terhadap mata uang utama lainnya saat ini berada di level 90,002, turun dibandingkan posisi penutupan sebelumnya yaitu di posisi 90,076.
Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun saat ini berada di level 1,514 persen, turun dibandingkan posisi penutupan sebelumnya 1,528 persen.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp14.263 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.253 per dolar AS hingga Rp14.271 per dolar AS.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu stagnan atau sama dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya di posisi Rp14.262 per dolar AS.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021