Pagaralam, Sumsel (ANTARA News) - Kunjungan terhadap makam bersejarah Serunting Sakti atau "Si Pahit Lidah" di Kota Pagaralam, Sumatera Selatan, Sabtu atau hari kedua Idul Fitri 1431 Hijriah meningkat.

Pantauan ANTARA, ratusan warga memadati makam puyang Serunting Sakti untuk melakukan ziarah memanjatkan doa dan termasuk membayar nazar saat Idul Fitri ini.

"Makam Serunting Sakti di Dusun Pelangkenidai, Kecamatan Dempo Tengah, berjarak sekitar lima km dari pusat Kota Pagaralam, setiap momen penting termasuk lebaran dan menyambut tahun baru Islam sering mendapat kunjungan warga dari berbagai daerah," kata Rasmizal, warga setempat.

Ia mengatakan, setiap lebaran banyak warga dari berbagai daerah seperti Jambi, Bengkulu, Lampung dan Palembang datang untuk berziarah ke makam Serunting Sakti yang lebih dikenal dengan "Si Pahit Lidah".

"Warga datang bukan hanya berziarah saja, tetapi termasuk menggelar acara syukuran dengan memotong hewan kurban, seperti kabing dan sapi. Kemudian langsung dimasak dan dinikmati bersama," kata dia.

Dia melanjutkan, ada juga warga datang untuk membayar nazar atas keberhasilan yang sudah diperoleh, dan ada juga hanya datang untuk memanjatkan doa.

Selama ini hanya mendengar melalui cerita tentang "Si Pahit Lidah" atau Serunting Sakti, sengaja datang ke Pagaralam untuk melihat langsung makam puyang tersebut, kata Nuraini (34), warga asal Provinsi Jambi.

Ia menambahkan, wisata sejarah cukup menarik untuk dikunjungi, apalagi di Pagaralam terkenal dengan peninggalan sejarah seperti megalit dan arca.

Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata dan Seni Budaya Kota Pagaralam Syafrudin, mengatakan, sebagian besar aset wisata sudah mulai dibenahi yang memiliki nilai sejarah peninggalan masa lalu termasuk makam puyang Serunting Sakti banyak dikunjungai warga untuk berziarah.

"Kota Pagaralam banyak memiliki peninggalan sejarah yang juga menjadi pendorong bagi wisatawan untuk datang dari berbagai daerah, termasuk wisatawan mancanegara," kata dia. (ANT-127/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010