"Seni pertunjukan di Pariaman tidak kalah dengan Bali, namun kalau boleh usul bajunya lebih berwarna dan gerakannya dimodifikasi lagi tapi tidak meninggalkan kearifan lokalnya," kata Direktur Pengembangan SDM Ekonomi Kreatif Kemenparekraf RI, Erwinta Dianti saat membuka Bimbingan Teknis Digital Marketing bagi pelaku ekonomi kreatif seni pertunjukan di Kota Pariaman, Rabu.
Ia mengatakan jika dalam tarian tersebut memang tidak dapat diubah karena dapat mengubah maknanya, maka dapat dibuat tari baru berdasarkan tarian sebelumnya. Hal tersebut juga dapat memperkaya seni pertunjukan yang ada di Pariaman.
Ia menyampaikan dalam waktu dekat pihaknya akan mendatangi Pariaman lagi untuk memodifikasi pakaian serta seni pertunjukan di daerah itu.
Baca juga: Kemenparekraf dorong pemuda buat film budaya lokal
Baca juga: Kemenparekraf nilai Pariaman potensial kembangkan wisata 'sunset'
Erwinta mengatakan dengan pengembangan yang dilakukan, maka tarian khas Pariaman dapat lebih dikenal oleh masyarakat luas bahkan hingga mancanegara.
"Saat ini kita lebih kepada marketing dulu nanti kita fokus pada seni pertunjukan itu," katanya.
Pada kesempatan tersebut pihaknya juga menyampaikan sejumlah program untuk meningkatkan perekonomian Pariaman yaitu desain bungkusan produk makanan serta bedah gerai kuliner
Hal tersebut, karena melihat kondisi industri makanan di Pariaman yang awalnya harganya Rp15 ribu, namun ketika pihak lainnya membungkusnya dengan baik harganya bisa mencapai Rp30 ribu perbungkus padahal produknya sama.
Sementara Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Pariaman, Dwi Marhen Yono mengatakan pihaknya akan membicarakan hal tersebut kepada Dewan Kesenian Pariaman.
"Harapan kami dengan Ibu Direktur sama, tentu Dewan Kesenian dengan seniman akan diskusi," ujarnya.
Jika hasil diskusi tersebut sepakat untuk memodifikasi seni, maka menurutnya dapat menciptakan daya tarik baru di Kota Pariaman.*
Baca juga: Kemenparekraf siapkan paket wisata vaksin dosis lengkap
Baca juga: Kemenparekraf akan tegur oknum pelaku wisata "nuthuk" wisatawan
Pewarta: Altas Maulana
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021