Amatan di kuburan massal Gampong Pie, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh, para penziarah duduk sambil berdoa di makam tanpa nisan tersebut.
Sejumlah penziarah mengatakan kendati tidak mengetahui persis di mana dimakamkan, namun mereka meyakini sanak keluarganya dikuburkan di tempat itu.
"Delapan keluarga kandung saya menjadi korban bencana tersebut. Walau saya tidak tahu di mana mereka dikiburkan, tetapi saya yakin di tempat ini mereka dimakamkan," kata Nur Azizah, seorang penziarah.
Nur Azizah mengatakan dirinya selamat ketika bencana 26 Desember 2004 tersebut memporakporandakan sebagian Provinsi Aceh. Kini, ia hidup di rumah bantuan di Gampong Baro, Banda Aceh.
Menurut dia, usai khotbah shalat Ied, dirinya tidak langsung bersilaturahmi dengan sanak famili, tetapi terlebih dahulu kuburan massal tersebut.
"Biasanya, sebelum bersilaturahmi, saya ke kuburan massal dulu. Keluarga dekat saya tidak banyak lagi. Mereka banyak yang menjadi korban tsunami," katanya.
Pemandangan serupa juga terlihat di kuburan massal di kawasan Lambaro Sukon, Kabupaten Aceh Besar. Bahkan di antara penziarah ada yang meneteskan air mata sambil berdoa.
"Saya selalu teringat mereka ketika lebaran tiba. Saya benar-benar belum bisa melupakan kepergian mereka. Saya sangat kehilangan," kata Hardian, seorang penziarah di kuburan massal tersebut.
Pemuda 22 tahun itu mengaku kehilangan ayah, dua abang, seorang kakak ketika tsunami yang dipicu gempa 8,9 skala ricther (SR) Minggu 26 Desember 2004 pukul 08.00 WIB tersebut.
"Saya menziarahi semua kuburan massal tsunami karena saya tidak yakin di mana mereka dimakamkan. Walau sulit, saya mengikhlaskan kepergian mereka," katanya.
Dari sekian banyak kuburan massal korban tsunami di Banda Aceh dan Aceh Besar, hanya dua yang dibangun permanen, yakni di Lambaro Sukon dan Gampong Pie.
Kuburan massal di Lambaro Sukon ada sekitar 70 ribu korban tsunami dimakamkan, sedangkan di Gampong Pie sekitar 3.000 jiwa. Kuburan massal tersebut dibangun akhir tahun 2005.
(ANT/A024)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010