Yogyakarta (ANTARA News) - Ratusan warga berebut gunungan lanang dalam upacara "grebeg" Syawal yang digelar Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat di halaman Masjid Gede, Kauman, Kota Yogyakarta, Jumat.
"Masyarakat percaya bahwa gunungan tersebut mengandung berkah dari Sri Sultan Hamengku Buwono X," kata salah seorang prajurit Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Bekti Diningrat yang ikut mengawal gunungan lanang.
Ia mengatakan pada upacara "grebeg" Syawal hanya ada satu gunungan yang diberikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X kepada rakyatnya.
"Hal tersebut berbeda dengan dua upacara `grebeg` lainnya, yaitu `grebeg besar` dan `grebeg maulud`, yang masing-masing mengarak empat gunungan, terdiri atas gunungan lanang dan gunungan wadon," katanya.
Bekti mengatakan pada upacara `grebeg` syawal, gunungan hanya diarak oleh empat regu prajurit keraton, tidak seperti dua upacara `grebeg` lainnya yang diarak 10 kelompok prajurit.
"Kali ini regu yang bertugas mengawal gunungan `grebeg` adalah Prajurit Daeng, Bugis, Wirobrojo, Mantrijeron, Surokarso, dan Patang Puluh," katanya.
Prosesi `grebeg` Syawal dimulai sekitar pukul 10.30 WIB, diawali dengan kirab empat regu prajurit Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dari Siti Hinggil menuju Alun-alun Utara.
Iring-iringan gunungan kemudian diarak menuju halaman Masjid Gede Kauman di sebelah barat Alun-alun Utara Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Ratusan warga telah menanti untuk `mengalap` (mendapatkan) berkah dari gunungan itu usai ritual singkat di depan masjid, dan secara spontan mereka berebut gunungan.
"Grebeg" adalah tradisi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat sebagai wujud `hajad dalem` atau sedekah Sultan kepada rakyatnya yang disimbolisasikan dengan gunungan berisi sayuran, di antaranya kacang panjang, cabai, dan sebagainya.
Ritual "grebeg" ini diadakan tiga kali dalam satu tahun, yaitu saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, memasuki bulan Syawal, serta pada Hari Raya Idul Adha.
(ANT158/M008)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010