Pontianak (ANTARA News) - Ribuan masyarakat kota Pontianak memadati tepian Sungai Kapuas untuk melihat langsung permainan meriam karbit yang digelar setiap malam Lebaran.
"Walaupun cuaca Kota Pontianak sedang gerimis, masyarakat rela berjejal dan berdesak-desakan untuk melihat permainan meriam karbit ini," kata Kepala Dinas Pariwisata Kota Pontianak, Utin Khadijah, Kamis malam.
Lanjutnya, dentuman meriam karbit yang sahut menyahut beradu dengan suara takbir yang menggema memberikan kesan khas saat malam Lebaran di tepian Sungai Kapuas. Suasana seperti ini yang membuat daya tarik tersendiri bagi permainan yang sudah diagendakan sebagai simbol pariwisata kota itu.
Dari pengamatannya, sepanjang Sungai Kapuas, baik dari Jalur Jalan Tanjung Raya maupun Imam Bonjol dan Tanjung Pura semuanya dipadati oleh masyarakat yang berbondong-bondong ingin menyaksikan langsung meriam karbit ini. Bahkan, hampir semua cafe yang ada di tepian Sungai Kapuas itu menyuguhkan hiburan khusus untuk menarik perhatian pengunjung dan menyemarakkan malam akhir Ramadhan tahun ini.
Pesona meriam karbit yang dimainkan saat malam Lebaran menjadi salah satu objek wisata unggulan kota ini. "Pesona permainan rakyat meriam karbit ini jelas memiliki nilai pesona budaya yang menarik," kata Utin.
Menurutnya tidak sedikit wisatawan nusantara dan mancanegara yang terpesona dengan permainan meriam karbit di kota Pontianak.k Bagi para wisatawan, permainan seperti itu jelas merupakan sesuatu yang langka. Bahkan, di tahun 2007 meriam karbit kota Pontianak telah memecah rekor museum rekor indonesia dan terulang kembali di tahun 2009.
Dia mengakui, untuk tahun ini Pemkot Pontianak memang tidak menganggarkan dana bantuan bagi masyarakat pembuat meriam ini. Namun pihaknya akan memberikan uang pembinaan bagi para pemenang dalam festival meriam karbit ini.
"Meriam karbit ini akan terus kita lestarikan dan akan kita kemas lebih apik agar bisa semakin mendukung program tahun wisata kalbar, selain perayaan Cap Go Meh, Kulminasi, dan kegiatan wisata lainnya," ucap utin.
Salsah seorang warga Jalan Parit Pangeran, Kecamatan Pontianak Utara, Suhardi mengaku tidak pernah melepaskan moment malam Lebaran di tepian Sungai Kapuas."Seperti tahun sebelumnya, saya selalu melihat meriam karbit ini dengan teman-teman. Rugi kalau tidak melihatnya secara langsung, karena permainan ini dimainkan setahun sekali," ucapnya.
Demikian halnya dengan Felix, salah satu wartawan dari Ruai TV ini juga mengaku selalu datang ke tepian Kapuas setiap malam Lebaran. Selain untuk liputan, dirinya dan teman sekantornya juga sengaja datang untuk menikmati suasana malam Lebaran di sana.
Bahkan, malam ini, dia mencoba memberanikan diri untuk menyulut meriam karbit untuk merasakan bagaimana sensasi dentuman meriam karbit ini secara langsung. "Satu kali cucul meriam saya bayar Rp10 ribu. Rasanya seru, meski awalnya sempat takut, tapi rasanya benar-benar puas bisa membunyikan meriam karbit ini," katanya. (ANT-171/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010