BPPT telah mengoperasikan InaBuoy di 13 lokasi

Tangerang (ANTARA) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengembangkan teknologi deteksi dini tsunami berbasis buoy (pelampung), kabel serat optik, dan akustik tomografi yang akan dipasang di daerah rawan bencana.

Kepala BPPT Hammam Riza di Tangerang Selasa mengatakan BPPT sejak Tahun 2019 telah membangun tiga teknologi tersebut dalam rangka mendukung program Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) bersama BMKG.

Baca juga: BPPT ingatkan pentingnya pengolahan limbah baterai kendaraan listrik

Sensor tsunami dari InaTEWS BPPT dapat mengirimkan data secara berkesinambungan kepada BMKG dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk kemudian disebarluaskan kepada masyarakat sebagai upaya mitigasi bencana tsunami di Indonesia.

“BPPT telah menyusun desain besar peta jalan teknologi mitigasi dengan mengoperasikan InaBuoy di 13 lokasi, InaCBT di 7 lokasi, InaCAT di 3 lokasi dan didukung dengan pengolahan kecerdasan artifisial. Semua Teknologi InaTEWS ditargetkan akan beroperasi penuh pada tahun 2024,” ujarnya dalam acara di Puspiptek Tangerang Selatan.

Baca juga: Alat tes antigen yang dikembangkan oleh BPPT dalam proses registrasi

Hammam mengatakan Indonesia berada di zona “ring of fire” karena letak geografisnya berada di antara pertemuan tiga lempeng tektonik besar yaitu lempeng Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik. Jalur yang dilalui pertemuan lempeng inilah yang menjadi zona rawan gempa di Indonesia.

Melihat dari kondisi tersebut serta histori kebencanaan, upaya mitigasi bencana terintegrasi sudah sepatutnya diterapkan di Indonesia. Pengalaman bencana besar di Tahun 2018 yang menerpa Lombok, Palu, dan Selat Sunda menjadi wake up call bagi semua pihak.

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pun mengeluarkan Perpres No. 93 Tahun 2019 tentang Penguatan dan Pengembangan Sistem Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami.

Baca juga: TFRIC-19 fokus sejumlah aksi di 2021 bagi penanganan COVID-19

“Melalui Perpres ini, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) diberikan amanah untuk mengembangkan sistem peringatan dini tsunami atau InaTEWS. Teknologi kebencanaan ini pun menggunakan berbagai instrumen sesuai dengan kebutuhan lokasi, seperti Teknologi Buoy (InaBuoy), Teknologi Kabel Optik Bawah Laut (InaCBT - Cable Based Tsunameter), Teknologi Coastal Acoustic Tomografi (InaCAT), hingga Pemodelan berbasis Kecerdasan Artifisial,” katanya.

Dalam kesempatan tersebut BPPT juga menyerahkan laporan hasil Kajian Kebencanaan Pasca Gempa Mamuju kepada Gubernur Sulawesi Barat HM Ali Baal Masdar dalam membangun Sulbar menjadi wilayah tangguh bencana.

Berdasarkan hasil observasi pesisir yang telah dilakukan BPPT dari tanggal 16-21 Februari 2021 disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan erat dan langsung antara kondisi fisik pantai dengan kejadian gempa mamuju yg berdampak pada timbulnya kerusakan fisik bangunan dan fasilitas umum lainnya.

“Temuan kerusakan fisik yang dijumpai di pesisir lebih dikarenakan kegagalan struktur bangunan. Tindakan reduksi resiko wilayah pesisir lebih diarahkan untuk menanggulangi bencana tsunami,” ungkapnya.

Assessment ini kemudian dapat dijadikan dasar dalam melakukan tindakan mendesak dalam meningkatkan resiliensi melalui penciptaan pusat manajemen bencana serta program pendidikan untuk meningkatkan kesadaran tentang manajemen bencana.

Selain itu, BPPT juga menandatangani nota kesepahaman dan perjanjian kerjasama dengan Bupati Manggarai Barat terkait pinjam pakai tanah milik pemerintah daerah untuk penempatan landing station InaCBT di Labuan Bajo.

Deputi bidang teknologi pengembangan SDA Yudi Anantasena menambahkan tahun ini terdapat 11 Inabuoy yang dibuat oleh PT PAL. Dalam waktu dekat sebanyak tiga Inabuoy akan terpasang di selatan Selat Sunda, selatan Malang, dan selatan Bali.

Pewarta: Achmad Irfan
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2021