Perlu ada inisiasi dari manusia untuk melakukan percepatan atau mendukung dari pertumbuhan karang alami

Jakarta (ANTARA) - Transplantasi terumbu karang perlu dilakukan untuk menyokong pertumbuhan ekosistem terumbu yang masih sehat secara alami, menurut pakar kelautan IPB University Hawis Madduppa.

"Perlu ada inisiasi dari manusia untuk melakukan percepatan atau mendukung dari pertumbuhan karang alami," kata Hawis dalam diskusi soal transplantasi terumbu karang oleh Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati) , yang dipantau dari Jakarta pada Selasa.

Baca juga: Pakar: Terumbu karang di barat Indonesia alami tekanan sangat tinggi

Hal itu perlu dilakukan karena sebagian besar terumbu karang di Indonesia kini mengalami kondisi tertekan, terutama di wilayah bagian baratnya, karena overfishing atau pengambilan ikan secara berlebihan maupun polusi.

Padahal, Indonesia menjadi pusat kawasan Segitiga Terumbu Karang tempat 76 persen terumbu karang dunia berada dan menjadi lokasi 37 persen spesies ikan dunia.

Karang sendiri memiliki pertumbuhan alami sangat lambat dan membutuhkan puluhan bahkan ratusan tahun untuk menjadi rumah bagi ikan dan biota lain.

Baca juga: Gili Matra dan Gili Balu jadi pusat rehabilitasi terumbu karang

"Penelitian kami memperlihatkan bahwa transplantasi karang ini bisa memperbaiki terumbu karang dan ada berbagai kriteria yang memang perlu dipertimbangkan. Tidak semua lokasi bisa menjadi lokasi transplantasi," jelas akademisi dari Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB itu.

Dalam diskusi tersebut, yang digelar bertepatan dengan Hari Laut Sedunia dan memperingati Hari Segitiga Terumbu Karang yang jatuh pada 9 Juni, Manajer Program Ekosistem Kelautan Yayasan Kehati Yasser Ahmed menjelaskan rehabilitasi dengan modul PVC dapat menjadi media untuk transplantasi.

Baca juga: Pakar: Mahasiswa bisa jadi contoh dalam pelestarian terumbu karang

Hal itu telah dilakukan Yayasan Kehati ketika melaksanakan rehabilitasi di dua titik di kawasan wisata Pulau Sangiang di Selat Sunda.
Menurut Yasser, hasil pemantauan memperlihatkan tingkat bertahan transplantasi menggunakan pipa PVC sampai dengan 67 persen, dengan rehabilitasi dapat dianggap berhasil jika tingkatnya berada di atas 50 persen karena sudah menyerupai ekosistem asli.

Selain itu anakan terumbu karang berhasil juga tumbuh alami pada terumbu buatan dengan pada 2019 terdapat 40 anakan berhasil tumbuh dan meningkat menjadi 335 pada 2020.

Baca juga: Pemda diminta serius tangani konservasi laut

"Ini angka yang cukup tinggi awalnya di tahun pertama lebih dari 40 kemudian di tahun kedua dicapai angka 335 total anakan karang yang tumbuh secara alami," katanya.

Yasser berharap transplantasi dengan modul PVC itu dapat memperkaya metode rehabilitasi terumbu karang di Indonesia, karena materialnya ramah lingkungan dengan proses mudah.

Baca juga: KKP: Pemandu wisata perlu berikan pemahaman kepada penyelam

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021