Jakarta (ANTARA News)- Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, memperkirakan bahwa nilai tukar rupiah selama September akan tetap bercokol di atas level Rp9.000 per dolar Amerika Serikat (AS), karena belum ada isu positif yang kuat untuk mendorongnya di bawah Rp9.000 per dolar AS.

Rupiah kemungkinan masih berada dalam kisaran sempit antara Rp9.010-Rp9.020 per dolar, karena pelaku pasar setelah menikmati liburan panjang hari raya Idul Fitri masih belum masuk pasar, katanya di Jakarta, Rabu.

Edwin Sinaga yang juga Dirut PT Finan Corpindo Nusa mengatakan, pergerakan rupiah akan terlihat apabila pada awal perdagangan pasar cukup aktif.

Hal ini menunjukkan pelaku asing yang merupakan motor penggerak pasar kembali melakukan transaksi sehingga volume perdagangan meningkat, katanya.

Rupiah, lanjut Edwin Sinaga , diperkirakan masih belum beranjak dari posisinya saat ini, apabila pasar Amerika Serikat belum menunjukkan pertumbuhan yang berarti.

Kawasan ekonomi Amerika Serikat masih belum pasti, bahkan pemerintah AS sendiri berencana meningkatkan dana paket stimulus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi negara Paman Sam itu, ucapnya.

Biasanya, menurut dia apabila data ekonomi AS melemah, maka dolar cenderung yang akan menekan rupiah kembali melemah.

Pelemahan rupiah kemungkinan akan dijaga oleh Bank Indonesia (BI) agar tidak melebar, katanya.

Ia mengatakan, rupiah memang tidak akan berada jauh masih disekitar Rp9.000-Rp9.030 per dolar, meski pasar tidak bersahabat.

Stabilnya suku bunga acuan (BI Rate) diharapkan dapat meningkatkan minat asing untuk bermain di pasar saham, ujarnya.

Indonesia, lanjut dia, harus memberikan citra positif bagi pelaku asing yang akan menempatkan dananya di pasar uang maupun saham.

Apabila image itu memang sesuai dengan kehendak pasar maka rupiah akan dapat kembali membaik, ujarnya menambahkan.
(T.H-CS/A011/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010