Washington (ANTARA News) - Para pemimpin lintas-agama di Amerika Serikat mengecam gerakan "semangat anti-Muslim" di negara itu, terkait dengan rencana sebuah gereja di Florida mengkampanyekan pembakaran Al Qur`an pada peringatan insiden 11 September hari Sabtu.

Para pemimpin Kristen, Yahudi dan Islam di AS menyayangkan disinformasi dan sikap intoleran sejumlah warga negara adidaya itu terhadap kalangan Muslim Amerika sebagai dampak dari rencana pembangunan gedung pusat komunitas Muslim dan gereja di dekat lokasi serangan 11 September 2001.

Ketegangan meningkat seiring dengan semakin dekatnya hari peringatan serangan kelompok Al Qaida terhadap gedung kembar WTC New York sembilan tahun silam yang menewaskan 2.752 orang itu.

Ketegangan tersebut juga meningkat seiring dengan tibanya Hari Raya Idul Fitri sebagai penanda berakhirnya bulan suci Ramadan Jumat ini.

Kontroversi, kecaman dan ketegangan mewarnai kehidupan sebagian masyarakat AS menyusul pengumuman Terry Jones, pastur Gereja Gainesville, Florida, untuk membakar Al Quran pada peringatan insiden 11 September.

Terhadap langkah kontroversialnya itu, pastur berusia 30 tahun ini mengatakan bahwa dia ingin "mengekspos Islam" sebagai "agama yang doyan kekerasan dan penindasan".

Langkah Terry Jones itu ditentang banyak pemuka agama di AS, termasuk Kardinal emeritus Keuskupan Katolik Roma Washington Theodore McCarrick dan Dr. Michael Kinnamon dari Dewan Nasional Gereja-Gereja AS.

"Menyerang agama apapun di Amerika Serikat adalah tindakan kekerasan terhadap kebebasan beragama bagi seluruh rakyat Amerika," kata para pemimpin agama Amerika, termasuk Rabbi David Saperstein, ketua Perhimpunan untuk Reformasi Yudaisme dan Rabbi Julie Schonfeld (Perhimpunan Para Rabbi Konservatif).

Para pemimpin agama itu lebih lanjut mengatakan, ancaman pembakaran kitab-kitab suci Al Qur`an di AS akhir pekan ini merupakan pelanggaran yang patut dikutuk sekeras-kerasnya oleh semua pihak yang menghargai nilai-nilai sipilitas dalam kehidupan masyarakat dan menghormati para korban insiden 11 September.
Ungkapan keprihatinan juga disuarakan Presiden Masyarakat Islam Amerika Utara (ISNA), Dr.Ingrid Mattson.

Tokoh Islam Amerika yang ikut membantu lahirnya pernyataan para pemimpin lintas-agama di AS ini mengatakan, kini warga Muslim biasa Amerika sangat khawatir dan merasa dilecehkan dalam kehidupannya.

"Saya mendengar dari banyak warga Muslim Amerika bahwa mereka tidak pernah merasakan kecemasan dan ketidak-amanan seperti sekarang ini secara langsung sejak insiden 11 September, katanya.

Namun dia meminta kaum Muslimin di luar negeri untuk tetap tenang dan tidak menggunakan "suara-suara keras para ekstrimis Kristen" di AS sebagai justifikasi untuk melancarkan aksi terhadap kaum Yahudi dan Kristen Amerika.

"Mereka (ekstrimis Kristen-red.) itu tidak mewakili Amerika. Mereka tidak mewakili umat Kristiani dan Yahudi," kata Mattson.

Sebaliknya, "orang-orang yang bersama kami hari ini mewakili nilai-nilai benar dan pandangan mayoritas rakyat Yahudi dan Kristiani Amerika, serta rakyat Amerika umumnya," katanya.

Berkaitan dengan rencana pembangunan pusat budaya dan masjid tidak jauh dari lokasi penyerangan kelompok Al Qaida sembilan tahun silam itu, para pemimpin lintas-agama AS tidak bersikap.
(R013/S008)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010