Beijing (ANTARA News) - Dua wartawan Tibet ditahan di China barat laut setelah menulis tentang tindakan keras pemerintah terhadap kerusuhan etnik tahun 2008 di Tibet, kata satu kelompok kebebasan pers, Selasa.
Kedua wartawan itu, Buddha dan Kaisan Jinpa dibawa ke rumah tahanan polisi di provinsi Qinghai masing-masing Juni dan Juli, dan dituduh "separatisme," kata kelompok Wartawan Tanpa Perbatasan yang berpusat di Paris dalam sebuah pernyataan.
Kelompok itu mengatakan penahanan itu menambah jumlah wartawan dan penulis Tibet yang dipenjarakan China menjadi 15 orang "hampir separuh dari mereka ditahan di China" karena tulisan-tulisan mereka.
Paling tidak 50 warga Tibet lainnya ditahan karena mengirim informasi ke luar negeri, kata kelompok itu tanpa merinci lebih jauh.
"Penahanan ini tidak berhenti sejak Maret 2008 dan dampak mereka secara drastis membatasi kemampuan para intelektual Tibet untuk membuat suara mereka didsngar," kata kelompok itu dan meminta kedua wartawan itu dibebaskan.
Surat kabar International Tibet Post yang berkantor di India mengatakan kedua wartawan itu ditahan setelah menerbitkan tulisan-tulisan mereka luar China.
Polisi di Xining, ibu kota provisi Qinghai, menyatakan tidak mengetahui tentang masalah itu ketika dihubungi AFP.
China-- yang mengatakan pihaknya "membebaskan Tibet secara damai" tahun 1951-- mengatakan 21 orang tewas akibat kerusuhan Maret 2008 yang dimulai di Lhasa, ibu kota wilayah Himalaya yang terpencil itu.
Kerusuhan itu meluas ke daerah yang dihuni warga Tibet di seluruh China.
Kelompok-kelompok Tibet di pengasingan msngatakan lebih dari 200 warga Tibet tewas --sebagian besar dibunuh pasukan keamanan China yang menanggapi kerusuhan itu dengan tindakan keras. (*)
H-RN/M043
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010