Washington (ANTARA News/AFP) - Presiden Barack Obama dan Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Anders Fogh Rasmussen dijadwalkan bertemu pada Selasa di Gedung Putih untuk membahas keadaan di Afghanistan, kata juru bicara presiden Amerika Serikat.
Dalam pertemuan itu, kedua pemimpin itu direncanakan membahas peran NATO dalam memajukan kepentingan bersama di Eropa dan sebagainya, termasuk melalui tugas Pasukan Bantuan Keamanan Asing di Afghanistan, kata pernyataan Robert Gibbs pada Jumat.
Ia menyatakan, Obama dan kepala persekutuan itu juga akan membahas persiapan temu puncak NATO pada 19-20 November 2010 di Lisabon, Portugal, yang diharapkan dihadiri pula oleh presiden tersebut.
Perang itu mendekati akhir tahun kesembilannya, dengan jumlah pasukan asing hampir dalam kekuatan penuhnya 150.000 orang, dari Amerika Serikat dan NATO.
NATO menghadapi kemunduran besar di Afghanistan saat Gedung Putih memecat Jenderal Amerika Serikat Stanley McChrystal, yang mengecam presiden dan penasihat utama dalam wawancara dengan sebuah majalah.
Perpecahan muncul di persekutuan 46 negara itu saat berusaha memadamkan perlawanan sembilan tahun Taliban, dengan utusan khusus Inggris memperpanjang cuti, korban meningkat dan laporan bahwa Amerika Serikat "tanpa sengaja" mendukung panglima perang.
Kongres Amerika Serikat pada akhir Juni menyatakan siasat perang Afghanistan dirusak pembayaran jutaan dolar (miliaran rupiah) kepada panglima perang untuk mengawal iringan pasokan ke lebih dari 200 pangkalan tentara Amerika Serikat di seluruh negeri tersebut.
Penyelidikan itu, berjudul "Warlord, Inc" (Perusahaan Panglima), menemukan bahwa kesepakatan 2,16 miliar dolar Amerika Serikat (sekitar 21,6 triliun rupiah) untuk truk perbekalan ke pangkalan Amerika Serikat memicu kepanglimaan, pemerasan, dan korupsi serta mungkin menjadi sumber dana penting bagi pejuang.
Kekacauan lebih lanjut dalam tubuh NATO di Afghanistan muncul saat Inggris pada Juni mengumumkan utusan khususnya untuk Afghanistan memperpanjang cuti, di tengah laporan bahwa ia bentrok dengan pejabat tentara mengenai siasat.
Taliban lebih kuat daripada yang diperkirakan NATO, namun sekutu di Afghanistan itu akan mencapai kemajuan, baik secara ketentaraan maupun politik, pada tahun ini, kata Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen pada pekan kedua Juni.
NATO dan Amerika Serikat menugaskan hampir 150.000 tentara di negeri terkoyak perang itu, dengan 30.000 ditempatkan di jantung Taliban di provinsi selatan, Helmand dan Kandahar.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Peningkatan jumlah korban tewas menjadi berita buruk bagi Washington dan sekutunya, yang pemilihnya semakin putus asa oleh korban dalam perang di tempat jauh itu, yang tampak berkepanjangan dan tak berujung.
Dukungan rakyat Amerika Serikat pada perang Afghanistan dan penanganan Presiden Obama atas kemelut itu mencapai tingkat terendah sesudah kebocoran naskah rahasia tentara, kata jajak pendapat pada awal Agustus.(*)
(B002/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010