Banyuwangi, 6/9 (ANTARA) - Sekitar 1.000 jiwa lebih atau 500KK-600KK warga Dusun Lekab, Desa Banyu Anyar, Kecamatan Kalibaru, Banyuwangi, Jawa Timur, hingga malam ini masih terisolasi menyusul putusnya sebuah jembatan yang menghubungkan dusun itu dengan Dusun Krajan setempat.
Putusnya jembatan tersebut akibat hantaman banjir bandang yang melanda kawasan tersebut, Senin dinihari, namun musibah banjir bandang tersebut tidak sampai menelan korban jiwa, kata Kepala Desa Banyuanyar Kecamatan Kalibaru, Banyuwangi, Jawa Timur, Munasir Senin.
Ketika dihubungi ANTARA News, ia menjelaskan pihaknya belum bisa berbuat banyak karena terhalang kondisi cuaca yang masih hujan dibagian hulu wilayah desanya.
Menurut Munasir, jembatan sepanjang 20 meter yang merupakan satu-satunya penghubung Dusun Lekab dengan Dusun Krajan Desa Banyuanyar itu putus setelah dihantam banjir bandang yang membawa bongkahan dan potongan kayu yang diduga sisa hasil pembalakan liar di kawasan lereng Gunung Raung yang merupakan bagian hulu sungai yang melintasi desanya.
"Karena peralatan yang ada sangat terbatas jadi kami belum bisa menyingkirkan potongan kayu yang sekarang masih melintang di dasar sungai di sekitar jembatan yang putus," ungkap Munasir.
Akibat putusnya jembatan itu sedikitnya 1.200 jiwa atau sekitar 500 KK hingga 600 KK warga Dusun Lekab, Desa Banyuanyar kecamatan Kalibaru, Banyuwangi, terisolir karena tidak bisa melintasi jembatan tersebut.
Selain memutuskan jembatan yang dibangun dengan dana sebesar Rp190 juta, banjir bandang juga merusak saluran irigasi dan jalan desa di Dusun Curah Leduk Desa Banyuanyar.
Sebelum banjir bandang menghantam sejumlah wilayah Desa Banyuanyar Kecamatan Kalibaru, hujam sempat mengguyur kawasan lereng Gunung Raung yang merupakan daerah hulu desa tersebut, Minggu (5/9).
"Kekawatiran warga akhirnya terjadi ketika warga akan makan sahur, air sungai yang melintasi desa ini meluap dan tidak lama kemudian memutus jembatan yang menghubungkan dusun Lekab dengan dusun Krajan," papar Munasir.
Menurut Munasir, banjir bandang terbesar pertama yang melanda desanya itu diduga akibat penggundulan hutan di kawasan lereng Gunung Raung dalam 10 tahun terakhir. Bahkan, banyak lahan hutan lindung yang berubah menjadi lahan pertanian sehingga ketika hujan turun dengan intensitas yang cukup tinggi lahan tersebut tidak mampu menahan air lagi.
"Jadinya ketika turun hujan sangat lebat, air tersebut langsung turun dengan membawa material potongan kayu bekas pembalakan liar," Munasir menambahkan.
Karena itu, Munasir berharap Pemerintah Kabupaten Banyuwangi segera turun tangan untuk membangun kembali jembatan yang putus tersebut. Selain itu, pihaknya juga berharap adanya bantuan peralatan untuk membersihkan potongan kayu yang masih menghalangi aliran sungai karena berpotensi menyebabkan air meluap kembali ke kawasan permukiman penduduk.
(ANT164/S006)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010