Ketiga korban adalah Lubis (33 tahun) mengalami luka tembak di siku kanan, Sudirman (31 tahun) luka tembak di paha kiri, dan Sutomo (35 tahun) luka tembak di pipi kiri.
"Mereka pasien yang sebelumnya sudah dirawat tapi keluar dari rumah sakit, setelah di luar luka mereka ternyata belum sembuh sehingga kembali dirawat," kata dr. Arianto Panumbang, dokter jaga di RSU Buol, Minggu malam.
Kedua korban yakni Sudirman dan Lubis dirawat di ruang bedah kelas II.
Sudirman mengaku, lari dari rumah sakit pada Kamis (2/9) sore karena saat itu beberapa anggota Polri bersenjata mengamuk di rumah sakit dan menodongkan senjata ke arah pasien.
"Saya trauma makanya saya lari pulang ke rumah dan istirahat di rumah saja," kata Sudirman warga Leok Dua.
Setelah dua hari di rumah dan luka tembak di pahanya tak kunjung sembuh, Sudirman akhirnya memilih kembali ke rumah sakit dan meminta dirawat ulang.
Begitu halnya Lubis. Pria yang bekerja sebagai tani itu lari dari rumah sakit karena melihat beberapa orang sudah lari setelah oknum anggota Brimob mengamuk di rumah sakit pada hari itu.
"Saya trauma pak," kata Lubis.
Sudirman dan Lubis mengaku kena tembak di atas motor saat melintas di sekitar lokasi bentrok warga dan polisi.
"Waktu itu saya antar penumpang, tiba-tiba paha saya kena tembak," kata Sudirman yang bekerja sebagai tukang ojek.
Wakil Ketua bidang Keamanan DPRD Buol, Marwan Dahlan, Minggu malam langsung berkunjung ke rumah sakit untuk melihat langsung kondisi korban apakah harus dirujuk ke Palu atau tidak.
"Nanti mau dilapor dulu ke bupati sebab kemungkinan dua korban akan dirujuk lagi ke Palu," kata Marwan.
Dia mengatakan, 10 pasien lagi hingga kini masih ditunggu kabarnya sebab hingga Minggu malam mereka belum melaporkan diri tentang kondisi kesehatannya.
"Kalau tidak kembali kemungkinan mereka sudah sembuh," kata Marwan.
Situasi di Buol pasca bentrok warga dan polisi Senin pagi dalam kondisi aman. Aktivitas masyarakat kembali berjalan seperti biasanya. Arus lalu lintas berjalan lancar. Pegawai juga tampak sudah masuk kantor. (A055/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010