Jakarta (ANTARA) - Ketua Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTCC) Universitas Muhammadiyah Magelang Retno Rusdjijati mengatakan diversifikasi dan alih tanam mendukung pengendalian tembakau di Indonesia.
"Diversifikasi dan alih tanam merupakan strategi efektif bagi para petani di dalam mendukung pengendalian tembakau dan revisi PP Nomor 109 Tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat aditif yang merugikan kesehatan," kata Retno dalam diskusi virtual Pengendalian Tembakau, Jakarta, Jumat.
MTCC Universitas Muhammadiyah Magelang menginisasi dan mendampingi petani untuk beralih tanam dan berdiversifikasi dan produk bisa terpasarkan dengan baik sehingga meningkatkan kesejahteraan mereka dan perwujudan kedaulatan pertanian.
Retno menuturkan diversifikasi adalah usaha meningkatkan hasil pertanian dengan cara memperbanyak jenis tanaman pada suatu lahan.
Baca juga: Petani tembakau Madura disarankan alih tanam jagung
Baca juga: Disperindag tetapkan biaya pokok produksi tembakau Madura. Berapa?
Beralih tanam artinya membudidayakan jenis tanaman selain yang dibudidayakan saat ini sehingga petani tembakau bisa beralih menanam ke tanaman lain yang cocok dengan kondisi wilayah dan menguntungkan.
Petani tembakau menghadapi berbagai permasalahan dari hulu ke hilir yakni penentuan biaya produksi yang tinggi atas biaya penanaman dan padat modal, risiko kesehatan akibat proses penanaman tembakau, timpangnya tata niaga yang meniadakan standar harga dan kepastian usaha dan perubahan iklim dan anomali cuaca.
Jika strategi diversifikasi atau alih tanam dioptimalkan, maka juga merupakan strategi yang efektif dalam pengendalian tembakau sekaligus meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.*
Baca juga: Petani Ngawi beralih tanam palawija dan tembakau
Baca juga: PTPN X targetkan luas areal tanam tembakau 510 hektare
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021