Yogyakarta (ANTARA News) - Ketua Bidang Dakwah Majelis Ulama Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta KH Jasir mengatakan khotbah hari raya Idul Fitri sebaiknya berisi ajakan bagi umat untuk peduli akan keadaan Bangsa Indonesia.
"Khotbah hari raya Idul Fitri selain berisi ajakan bagi umat untuk kembali ke fitrah dan kesucian, sebaiknya juga diisi dengan ajakan untuk peduli akan keadaan Bangsa Indonesia yang saat ini sedang dalam kondisi yang memprihatinkan," Kata KH Jasir di Yogyakarta, Minggu.
Ia mengatakan ajakan untuk peduli akan nasib bangsa merupakan salah satu cara untuk merayakan Idul Fitri sekaligus memupuk rasa memiliki rakyat terhadap bangsanya.
"Hal tersebut sesuai dengan Hadist Nabi Muhammad SAW, iman adalah kepedulian. Maksudnya, kepedulian terhadap nasib saudara-saudara sebangsa, akan meningkatkan kadar keimanan Umat Islam kepada Allah SWT," katanya.
Jasir mengatakan setelah ditempa dengan ibadah puasa selama satu bulan penuh, Idul Fitri adalah waktu yang tepat bagi umat untuk introspeksi terhadap dirinya sendiri.
"Saat ini masih banyak saudara sebangsa kita yang tertimpa musibah dan kemalangan. Oleh karena itu sebaiknya kita tidak merayakan hari raya Idul Fitri dengan hura-hura dan perilaku konsumtif," katanya.
Menurut dia ajakan introspeksi tidak hanya ditujukan kepada rakyat biasa, melainkan juga ditujukan kepada para pemimpin Bangsa Indonesia.
"Pemimpin harus mampu memberi contoh kepada rakyatnya, hal-hal yang baik sebaiknya dipertahankan dan ditingkatkan, tetapi perbuatan yang kontraproduktif terhadap usaha menyejahterakan rakyat harus ditinggalkan," katanya.
Ia menilai, saat ini masih banyak tindakan pemimpin Bangsa Indonesia berperilaku tidak sesuai dengan prinsip toleransi yang diajarkan oleh Islam.
"Salah satu contohnya dapat dilihat dari rencana pembangunan gedung baru Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang penuh dengan fasilitas kemewahan padahal. Banyak rakyat yang masih kesusahan untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, tetapi DPR justru berencana membangun fasilitas spa, ini tentunya sangat ironis," katanya.
Menurut dia rencana pembangunan gedung baru menunjukkan DPR tidak memiliki rasa kebersamaan.(*)
(ANT-158/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010