Jakarta (ANTARA) - Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) 2021 kembali hadir pada 18-27 Juni, namun kali ini penyelenggaraannya dilaksanakan secara daring.
Untuk pertama kalinya dalam enam tahun penyelenggarakan, FSAI dilangsungkan secara daring akibat pandemi COVID-19. Akan tetapi, hal ini justru memberikan kesempatan kepada penikmat film di seluruh Indonesia untuk dapat mengaksesnya secara gratis tanpa perlu datang ke bioskop.
Baca juga: Merayakan kolaborasi di Festival Sinema Australia Indonesia 2019
"Ini pertama kalinya kami menyelenggarakan FSAI secara virtual tapi kami rasa ini proses yang baik karena semua orang dari seluruh nusantara dapat menontonnya," ujar Allaster Cox, Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia dalam jumpa pers virtual pada Jumat.
FSAI biasanya diselenggarakan di beberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar dan Makassar. Cox mengatakan penyelenggaraan tahun ini memberikan angin segar bagi para penikmat film yang sebelumnya tidak bisa mengakses festival ini lantaran terbatasnya tempat dan lokasi yang tidak bisa dijangkau.
"Sebelumnya kami tidak ada kesempatan untuk mengadakan di Kalimantan, Papua, Maluku atau Aceh, tapi sekarang film-film ini bisa ditayangkan di seluruh nusantara," kata Cox.
FSAI menampilkan film dengan beragam genre. Film-film yang ditayangkan tahun ini menyoroti sejarah, keragaman, dan kreativitas Australia.
FSAI 2021 dibuka dengan pemutaran perdana "The Furnace" di Indonesia, yang berkisah tentang penunggang unta 'Ghan' Australia dari Asia Selatan, yang melintasi gurun pasir Australia yang tak kenal ampun pada masa demam emas Australia.
Festival ini juga akan menampilkan banyak pemandangan menakjubkan pantai Barat Daya Australia dalam "Jaimen Hudson: From Sky to Sea". Film dokumenter inspiratif yang mengikuti perjalanan eksplorasi fotografis pria yang berasal dari Esperance, Australia, Jaimen Hudson, tentang lautan jernih Australia, dan kisah mengatasi berbagai tantangan untuk mengejar mimpinya.
Seperti biasa, FSAI juga akan menyoroti kedekatan hubungan Australia dan Indonesia dalam perfilman. Jajaran film tahun ini menampilkan film-film terkemuka oleh alumni Australia Indonesia, termasuk saga seni bela diri yang terkenal, "Pendekar Tongkat Emas", dan komedi romantis yang menyenangkan, "Milly & Mamet".
Penonton film juga dapat melibatkan energi kreatif mereka melalui tiga acara seminar masterclass virtual yang meliputi animasi, promosi film, serta sinematografi dokumenter dan drone.
Sahabat FSAI 2021 sekaligus alumni Australia, Marissa Anita akan bergabung dengan berbagai pakar film Australia untuk menampilkan sesi langsung dan interaktif ini.
Tiket untuk semua pemutaran film dan acara tidak dipungut biaya dan dapat dipesan melalui fsai2021.com.
Baca juga: Kolaborasi sineas Indonesia-Australia diharapkan meningkat lewat FSAI
Baca juga: FFI ungkap seluk-beluk dunia film lewat Podcast Cerita Sinema
Baca juga: Festival Film Busan siap hibur penggemar sinema
Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021