Dalam kurun 6 tahun, Soekarno menjadi anak didik Tjokroaminoto

Jakarta (ANTARA) - Sejarawan sekaligus Pemred Historia Bonnie Triyana menyebutkan salah satu masa penting pendidikan politik Bung Karno yakni ketika di rumah HOS Tjokroaminoto.

Bonnie Triyana, di Jakarta, Kamis, dalam diskusi dalam rangka Bulan Bung Karno yang digelar oleh Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) PDI Perjuangan, mengatakan rumah HOS Tjokroaminoto merupakan indekos Soekarno selama menempuh pendidikan di Hogere Burger School (HBS) Surabaya," kata dia.

Menurut Bonnie dalam kurun 6 tahun, Soekarno menjadi anak didik Tjokroaminoto di rumah yang disebutnya indekos. Selama tinggal di rumah tersebut, Soekarno belajar banyak dari teman-teman satu atapnya.

Kala itu, Soekarno menjadi anak kecil yang memasang telinga lebar-lebar ketika para pemuda sedang berbincang mengenai nasib orang-orang Bumiputra, terlebih ia banyak belajar dari Tjokroaminoto.

"Nah dia tinggal di sana itu bersama beberapa orang, yang saya ingat, ada Hermen Kartowisastro, ada Suarli, Alimin, dan lain-lain. Itulah masa penting bagi Bung Karno di dalam pendidikan politiknya dari tokoh Sarikat Islam yang terkemuka dan terkenal waktu itu," kata Bonnie.

Bonnie menjelaskan selama di rumah tersebut, Soekarno digembleng pemikirannya oleh Tjokroaminoto, Bung Karno dicekoki buku-buku, buku apa pun. Buku-buku itu pun menjadi penyelamat Soekarno muda dari hari-harinya yang begitu nelangsa.

Pemikirannya pun juga terus diolah dengan diskusi-diskusi bersama para "mahaputra", sebutan Soekarno bagi senior-seniornya. Bung Karno belajar bahwa pemikiran bukan hanya untuk disimpan melainkan diamalkan.

HOS Tjokroaminoto merupakan tuan rumah sekaligus pembimbing bagi Bung Karno dan sejumlah tokoh nasional lainnya ketika mereka mengenyam pendidikan di Surabaya. Di tempat ini pula, Presiden Pertama Republik Indonesia ini bertemu tokoh-tokoh penting nasional.

Di antara tokoh-tokoh penting Indonesia yang pernah tinggal di rumah ini adalah Soekarno, Semaun, Alimin, Darsono, Tan Malaka, Musso hingga Kartosoewirjo.

Masing-masing dari mereka memiliki latar belakang dan ideologi yang berbeda, namun mereka belajar dengan rukun pada satu guru, yaitu kepada Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto.

Bung Karno tinggal di rumah Tjokroaminoto bukanlah sebuah kebetulan. Bapak Bung Karno, Soekemi Sosrodihardjo adalah teman dekat Tjokroaminoto dan mengenal betul tokoh bangsa tersebut.

Soekemi ingin putra satu-satunya itu berguru pada salah satu pemimpin bangsa yang diakui para penjajah.

"Setelah ia lulus dari HBS 1916, dia ke Surabaya. Dan di Surabaya ini, ayahnya Soekarno, Soekemi berteman baik dengan tokoh Sarikat Islam Haji Omar Said Tjokroaminoto. Karena perkawanan baik inilah kemudian Soekarno ngekos di rumahnya Pak Tjokro," kata Bonnie.

Menurut Bonnie, di samping pengalaman tentang pendidikan politik bagi Soekarno, ternyata ada kisah lucu dan menarik juga yang barangkali orang jarang mengetahuinya.

Dia menjelaskan, ketika Soekarno, Hermen, dan Suarli mencari hiburan dengan mengikuti lomba panah dan ternyata mereka menang dan mendapatkan hadiah seekor kuda tua. Menariknya, kuda tua ini mereka bawa melewati ruang tengah rumah Tjokroaminoto.

“Dan dalam istilahnya Bung Karno dalam autobiografinya dia bilang, Anda bayangkan kepada Cindy Adams, kami membawa seekor kuda tua melewati rumah Raja Jawa tanpa mahkota. Jadi Pak Tjokro itu disebutnya sebagai Raja Jawa tanpa mahkota, pemimpin besar Sarikat Islam,” ujar Bonnie.
Baca juga: PDIP hadirkan pemikiran Bung Karno ke kampung-kampung Surabaya
Baca juga: Gerindra nilai Pancasila warisan terbesar dan fundamental Bung Karno

Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2021