Jakarta (ANTARA News) - Indonesia ingin menunjukkan kepada dunia internasional sebagai bangsa yang bermartabat dalam menyelesaikan persoalan dengan Malaysia sesuai dengan komitmen yang dibuatnya dalam kerangka ASEAN, kata Direktur Eksekutif Institut Studi Strategis Internasional (IISS), Begi Hersutanto.

"Sebagai bangsa yang bermartabat, Indonesia harus menunujukkan komitmen kuat terhadap kesepakatan yang telah dibuat," katanya kepada ANTARA News di Jakarta, Kamis, menanggapi pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait memanasnya hubungan Indonesia-Malaysia.

Menurut dia, suka atau tidak suka dengan langkah yang diambil Pemerintah, Indonesia harus menunjukkan komitmen kuat atas Security Community -- satu dari tiga pilar dalam masyarakat ASEAN 2015 -- yang diajukan oleh Indonesia pertama kali.

"Kalau mendorong ofensif, berarti Indonesia mencederai kesepakatan yang telah dibuat," katanya.

Dinamika hubungan Indonesia-Malaysia merupakan bagian kerangka besar dari ASEAN yang beranggota 10 negara, kata Begi, yang juga staf ahli Komisi I DPR RI.

Sementara itu, Koordinator Program Studi ASEAN The Habibie Center, Dean Yulindra Affandi, mencatat rekam jejak dari substansi pidato-pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebelumnya, maka rasanya memang tidak logis andaikata rakyat mengharapkan sesuatu yang konkret terhadap solusi hubungan Indonesia-Malaysia saat ini.

"Dalam pidatonya, sudah berulang kali pidato SBY bernuansa demikian. Selain itu, SBY terkesan sangat berhati-hati dalam mengeluarkan pernyataannya sehingga justeru pesan yang ingin disampaikan jadi tidak tegas," ujarnya.

Walau demikian, kata Dean, apapun pendapat para pengamat yang ada, berhasil atau tidaknya pidato SBY akan tergantung respons dari Pemerintahan Malaysia beberapa hari ke depan.

"Apakah responsnya akan positif atau justeru sebaliknya. Apakah penyampaian pidato di Mabes TNI yang selama ini dianggap memiliki pernyataan implisit bahwa Indonesia siap untuk mengerahkan kekuatan militernya, berhasil, juga tergantung dari respons balik dari Pemerintahan Malaysia," ujarnya.

Menurut dia, ada kesan lucu karena selama hubungan tegang antara Indonesia-Malaysia, termasuk pidato SBY Rabu malam, ASEAN seperti tidak bisa memiliki andil apa-apa dalam usaha untuk penyelesaian masalah ini.

Ia menilai, memang dalam pidato itu disebutkan beberapa kali mengenai kerja sama Indonesia-Malaysia dalam kerangka ASEAN, tetapi seharusnya SBY bisa lebih mengelaborasi lagi mengenai kerja sama ASEAN ini.

"Hal ini sangat penting berhubung Indonesia tahun depan akan memegang kursi kepemimpinan ASEAN," ujarnya.

Seandainya SBY melakukan elaborasi lagi mengenai hal ini tentu juga akan memberikan preseden positif terhadap negara-negara lain di ASEAN bahwa Indonesia siap memimpin ASEAN dan Indonesia memiliki rencana aksi yang jelas dalam menangani hal-hal yang terjadi di kawasan Asia Tenggara, dalam hal ini tentunya dalam masalah resolusi konflik, demikian Dean.
(T.M016/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010