pandemi COVID-19 telah berdampak pada peningkatan adopsi dan penggunaan layanan digital untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, terutama pada Generasi Z

Jakarta (ANTARA) - Dunia usaha pada masa pandemi seperti ini perlu memanfaatkan momentum terkait dengan meningkatnya penggunaan layanan digital Generasi Z Indonesia, seperti hasil survei yang dilakukan oleh lembaga riset Katadata Insight Center (KIC).

"Survei ini menyorot pola konsumsi layanan digital di kalangan generasi Z (Zoomers Indonesia). Kami fokus pada mereka karena mereka lahir dan besar di tengah era teknologi yang berkembang pesat, dengan lahirnya media sosial dan internet," kata Head of Research KIC Stevanny Limuria dalam rilis yang menjelaskan mengenai penelitian ini di Jakarta, Rabu.

Generasi Z adalah mereka yang saat ini berusia sekitar 18-26 tahun atau lahir pada sekitar akhir dekade 1990-an hingga sepanjang 2000-an. Ini membedakan mereka dengan Generasi X (lahir sekitar akhir dekade 1960-an hingga sepanjang 1970-an) atau Generasi Y (lahir sepanjang 1980-an hingga awal tahun 1990-an).

Hasil survei Katadata Insight Center (KIC) menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 telah berdampak pada peningkatan adopsi dan penggunaan layanan digital untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, terutama pada Generasi Z.

Survei KIC dilakukan secara daring terhadap 1.146 responden antara 13 - 18 April 2021 dan melibatkan responden berusia 18-29 tahun dari Jabodetabek, Surabaya, Medan, Bandung, Makassar, Semarang, Denpasar, dan Yogyakarta.

Sebanyak 82 persen responden berusia 18-26 tahun atau dikenal dengan Generasi Z. Menurut sensus Badan Pusat Statistik (BPS), Generasi Z merupakan segmen terbesar di Indonesia yang mencakup 27,94 persen dari total penduduk.

Ia mengemukakan bahwa generasi Z ini cerdas secara digital dengan daya beli yang signifikan. "Selain mewakili sebagian besar penduduk Indonesia, mereka juga memiliki daya beli yang cukup tinggi," kata Stevanny.

Hasil survei menemukan bahwa konsumsi layanan digital ini meningkat sebagai akibat dari pandemi. Survei juga menunjukkan bahwa selama tiga bulan terakhir sebanyak 57 persen responden merupakan pengguna aktif situs e-commerce, 36 persen menggunakan layanan pengiriman makanan, dan 23 oersen menggunakan layanan pengiriman bahan makanan.

Secara terperinci disebutkan bahwa 81 persen di antaranya berbelanja di platform e-commerce setidaknya sebulan sekali. Pengguna e-commerce menilai penggunaan layanan ini praktis (74 persen), memiliki pilihan produk banyak (62 persen), dan risiko tertular COVID-19 kecil (60 persen).

Selain itu, 50 persen Gen Z dalam survei ini menunjukkan bahwa mereka telah menggunakan layanan pengiriman makanan daring. Di antara mereka yang pernah menggunakan layanan pesan-antar makanan sebelumnya, 71 persen di antaranya mengatakan bahwa mereka telah aktif menggunakan layanan pesan-antar makanan dalam tiga bulan ini.

"Menariknya, survei menemukan bahwa 44 persen pengguna pengantaran makanan Gen Z adalah pengguna baru yang baru mulai menggunakan layanan ini selama pandemi, dan 90 persen dari mereka menyatakan bahwa mereka ingin untuk terus menggunakan layanan pengiriman makanan setelah pandemi," kata Stevanny.

Pada masa mendatang, menurut Stevanny, penggunaan platform belanja daring diperkirakan akan semakin meningkat dengan 42 persen generasi Z mengatakan akan lebih sering menggunakannya dalam enam bulan ke depan.

"Namun, dengan begitu banyak pemain besar di industri ini, persaingan akan semakin ketat dalam memperebutkan ceruk pasar ini," ujarnya.

Baca juga: SATU Indonesia Awards Astra ajak generasi muda manfaatkan teknologi
Baca juga: Tina Toon ajak generasi muda gelorakan semangat persatuan Pancasila
Baca juga: Generasi muda diminta pahami Pancasila sebagai ideologi kebangsaan

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021