Washington (ANTARA News/Reuters) - Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengangkat alis pada soal utama -waktu penarikan pasukan dari Afghanistan- akibat salah ucap dalam pidatonya pada Selasa untuk mengahiri gerakan tempur negaranya di Irak.

Dengan menunjuk pergeseran di Irak akan membebaskan sumber daya untuk "serangan" melawan Taliban di Afghanistan, naskah pidato Obama menyatakan pasukan Amerika Serikat akan mulai ditarik pada Juli 2011, tanggal yang sudah ditetapkan.

Tapi, ketika menyampaikan pernyataan 17 menit itu, Obama mengatakan, "Dan, Agustus mendatang, kami akan memulai peralihan ke tanggung jawab Afghanistan."

Pejabat Gedung Putih menyatakan perubahan tanggal itu bukan perubahan kebijakan.

Juru bicara Gedung Putih Robert Gibbs mengatakan kepada jaringan berita CNN bahwa Obama hanya "terpeleset".

Dukungan rakyat Amerika Serikat pada perang Afghanistan dan penanganan Presiden Barack Obama atas kemelut itu mencapai tingkat terendah sesudah kebocoran naskah rahasia tentara, kata jajak pendapat pada awal Agustus.

Peringkat keseluruhan Obama juga turun ke titik terendah, dengan hanya 41 persen orang Amerika Serikat mengatakan menerima kinerjanya, kata jajak pendapat USA Today/Gallup yang menunjukkan citra terburuknya sejak berkuasa pada Januari 2009.

Persentase orang Amerika Serikat, yang mengatakan negaranya melakukan kesalahan dalam mengirimkan pasukan ke Afghanistan, meningkat menjadi 43 persen jika dibandingkan dengan 38 persen sebelum penyiaran puluhan ribu naskah rahasia tentang perang itu.

Kepercayaan masyarakat pada kebijakan perang Obama juga anjlok menjadi 36 persen, turun dari 48 persen dalam jajak pendapat pada Februari, katanya.

Peningkatan keraguan rakyat atas perang Afghanistan terjadi saat tentara Amerika Serikat tewas pada Juli mencapai angka tinggi 66 orang.

Amerika Serikat dan sekutunya di Afghanistan mengalami kemunduran saat Gedung Putih memecat panglima tentara di negara terkoyak perang itu, Jenderal Stanley McChrystal, yang mengecam presiden dan penasehat utamanya dalam wawancara dengan majalah.

Kongres Amerika Serikat pada akhir Juni menyatakan siasat perang Afghanistan dirusak pembayaran jutaan dolar (miliaran rupiah) kepada panglima perang untuk mengawal iringan pasokan ke lebih dari 200 pangkalan tentara Amerika Serikat di seluruh negeri tersebut.

Peningkatan jumlah korban tewas menjadi berita buruk bagi Washington dan sekutunya, yang pemilihnya semakin putus asa oleh korban dalam perang di tempat jauh itu, yang tampak berkepanjangan dan tak berujung.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Sejak 2001, 1.269 tentara Amerika Serikat tewas dalam pertempuran di negara terkoyak perang itu dan angka tersebut meningkat dari tahun ke tahun, bahkan saat Washington membanjiri lebih banyak pasukan untuk mengendalikan peningkatan perlawanan.

Presiden Barack Obama pada Selasa memperingatkan bahwa Amerika Serikat menghadapi pertempuran sengit di Afghanistan, dengan lebih banyak korban dan "kekecewaan".

"Kita jelas masih menghadapi pertempuran sangat sulit di Afghanistan," kata Obama kepada pasukan di markas Bliss saat bersiap menandai akhir resmi gerakan tempur di Irak.
(Uu.B002/H-AK/P003)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010