Insiden itu merupakan yang terbaru dalam serentetan serangan serupa baru-baru ini saat pasukan asing mundur.
Kedua serangan berlangsung pada Selasa malam di sebelah barat ibu kota yang didiami oleh kebanyakan komunitas Syiah, minoritas agama di Afghanistan yang pernah menjadi target kelompok seperti ISIS, katanya.
Juru bicara Kepolisian Kabul, Ferdaws Faramarz, mengatakan kedua bus sedang membawa penumpang ketika terjadi ledakan yang menewaskan sedikitnya 12 orang dan melukai 10 orang lainnya. Polisi langsung menyelidiki insiden tersebut, katanya.
Bom pinggir jalan, bom magnet kecil yang dipasang di bawah kendaraan, dan serangan lainnya menargetkan anggota pasukan keamanan, hakim, pejabat pemerintah, pegiat masyarakat sipil dan wartawan dalam beberapa bulan terakhir di Afghanistan.
Tidak ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas dua ledakan tersebut.
Pemerintah biasanya menuding Taliban atas serangan seperti demikian, namun kelompok itu membantah terlibat.
Kekerasan meningkat drastis sejak Washington mengumumkan rencana penarikan seluruh pasukan AS dari Afghanistan pada 11 September.
Ledakan pada Selasa terjadi tiga pekan pascaserangan bom di depan sekolah di wilayah yang sama. Pejabat menyebutkan bahwa korban tewas, yang sebagian besar murid sekolah, berjumlah 68 korban, namun pejabat senior pemerintah lantas menyebutkan 80 orang tewas.
Hampir 1.800 warga sipil Afghanistan tewas atau terluka dalam tiga bulan pertama 2021 selama pertempuran antara pasukan pemerintah dan kelompok Taliban meski ada upaya untuk mencapai perdamaian, menurut PBB pekan lalu.
Sumber: Reuters
Baca juga: Korban ledakan di sekolah Afghanistan bertambah jadi 58
Baca juga: Wakil gubernur Kabul tewas akibat ledakan bom yang ditanam dalam mobil
Baca juga: Wakil gubernur Kabul tewas akibat ledakan bom yang ditanam dalam mobil
Baca juga: Bom di Kabul tewaskan tujuh orang, empat WNA luka-luka
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021