"Bantuan itu merupakan salah satu bentuk kepedulian Frisian Flag dan Hypermart terhadap lingkungan dan termasuk mendukung program GNOTA (Gerakan Nasional Orang Tua Asuh) yang dijalankan pemerintah," kata Trade Marketing Director Frisian Flag Indonesia Hendro H Poedjono di Medan, Selasa.
Dia berbicara di sela penyerahan dana sebesar Rp501.253.965 untuk 2.531 siswa sekolah dasar yang terancam putus sekolah di Sumut, dimana sebanyak 223 siswa itu siswa SD Negeri 064960 Jalan Karya Bakti II Nomor 71, Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan-Polonia, Medan.
Bantuan untuk siswa SD sebesar Rp180.000 per tahun dan siswa SMP akan mendapatkan Rp240.000 per tahun yang digunakan untuk berbagai keperluan sekolah siswa mulai dari baju dan perlengkapan sekolah lainnya, karena uang sekolah sudah ditalangi pemerintah.
Dana bantuan itu merupakan hasil penjualan produk Frisan Flag Indonesia yang dijual di seluruh gerai Hypermart, dimana baik Frisian maupun Hypermart menyisihkan keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan berbagai produk perusahaan itu.
Hendro menegaskan, Program "Berbagi Untuk Maju" yang dilakukan perusahaan itu bekerja sama dengan PT Matahari Putra Prima, Tbk dan GNOTA dilatarbelakangi oleh keprihatinan terhadap tingginya angka putus sekolah secara nasional atau mencapai 13,6 juta siswa.
Director of Merchandising and Marketing Matahari Food Business PT Matahari Putra Prima, Tbk Meshvara Kanjaya menyebutkan, kebodohan merupakan akar dari segalanya, sehingga pihaknya sangat mendukung langkah Frisian Flag memberikan bantuan untuk siswa yang tidak mampu.
Sementara itu, Direktur Program GNOTA Janny Kiroyan menyebutkan, berdasarkan data BKKBN tahun 2009 angka putus sekolah di Indonesia memang cukup banyak atau mencapai 13.685.324 siswa dengan usia sekoah 7-15 tahun.
Dari jumlah itu, sebanyak 627.947 siswa ada di Sumut.
Mayang Sari, siswa kelas enam SDN 064960 penerima bantuan dana itu mengaku senang.
"Bapak dan ibu jadi tidak perlu lagi memikirkan baju dan lainnya setelah uang sekolah juga sudah digratiskan di sekolah," kata Mayang yang mengaku bapaknya bekerja di bengkel dan ibunya sebagai pembantu rumah tangga.
Kepala SDN 064960 Rosdiana Manalu menegaskan, di sekolahnya cukup banyak murid yang kurang mampu.
(E016/B010)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010