Palembang (ANTARA News) - Arang kayu untuk bahan bakar memasak pengganti minyak tanah dan gas elpiji, di sejumlah pasar tradisional Palembang, selama bulan suci Ramadhan 1431 Hijriah ternyata banyak diminati warga.

"Selain harganya murah, arang kayu juga mudah didapat," kata Ruslan, pedagang di pasar tradisional Kelurahan 7 Ulu Palembang, Sumatra Selatan, Rabu.

Ia menjelaskan, omzet penjualan arang kayu selama bulan suci Ramadhan ini meningkat hampir dua kali lipat dari hari-hari biasa, karena warga masih banyak yang enggan menggunakan kompor gas.

Menurut dia, omzet penjualan arang kayu selama Ramadhan ini rata-rata setiap hari hampir 100 karung isi ukuran beras 20 kilogram dengan harga jual Rp10 per karung.

"Padahal pada hari biasa untuk menghabiskan 70 karung saja susah," katanya.

Dikatakannya, arang kayu yang dijual sudah dipaket dalam karung dan kantong asoi seharga Rp5.000,00 per kantong.

"Jadi jika warga tidak mampu membeli karungan, bisa yang dikemas dalam kantong asoi disesuaikan dengan kemampuan keuangan," katanya.

Mengenai pasokan, menurut dia, sudah ada pedagang pengumpul rutin mendatangkan dari daerah sentra produksi dengan jumlah sesuai kebutuhan dapat dipenuhi.

Sementara itu, Ny Tatik, warga Kelurahan 7 Ulu mengatakan bahwa sekarang ini masih banyak warga yang menggunakan arang kayu untuk bahan bakar memasak, karena takut menggunakan kompor gas pembagian pemerintah.

Menurut dia, banyak warga yang mendapat pembagian kompor berikut tabung gas 3 kilogram dari pemerintah sejak diluncurkan program pengalihan dari menggunakan bahan bakar minyak tanah ke gas elpiji, sampai sekarang masih menggunakan cara memasak dari bahan bakar arang kayu atau minyak tanah.

Terlebih lagi, menurut dia, hampir setiap hari ada kasus kompor gas meledak di beberapa daerah di Tanah Air, bahkan sampai memakan korban jiwa yang diketahui melalui siaran di televisi, membuat warga semakin takut menggunakan kompor gas.

"Kasus kompor gas tabung 3 kg meledak baru dua pekan lalu terjadi di dekat rumah saya, yang korbannya sampai dirawat di rumah sakit akibat sekujur tubuhnya melepuh terbakar, menjadikan warga semakin ketakutan menggunakan kompor gas," katanya.

Ia menambahkan, sekarang ini bagi warga yang tidak menggunakan kompor gas hanya sebagian saja masih memakai minyak tanah, karena sulit didapat dan harganya mahal.
(M033/A035)

Jakarta, 1/9 (ANTARA) - Konsorsium PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), Tsukishima Kikai Co.Ltd dan PT Nusantara Energi Abadi (Nusea) raih kontrak untuk melaksanakan pekerjaan Engineering, Procurement and Construction (EPC), proyek Chemical Grade Alumina (CGA) di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat.

Sekertaris Perusahaan Wika Natal Argawan di Jakarta, Selasa tadi malam mengatakan, secara resmi perseroan diberi kepercayaan oleh PT Indonesia Chemical Alumina (PT ICA), melaksanakan kontrak itu.

PT Indonesia Chemical Alumina adalah perusahaan patungan antara PT Antam (Persero) Tbk dengan Showa Denko K.K. dari Jepang.

Natal mengatakan, pabrik CGA tersebut akan dibangun pada lahan seluas 36,410 hektar di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, dengan kapasitas produksi 300 ribu ton Alumina per tahun.

"Masa pelaksanaan pekerjaan proyek akan memakan waktu 36 bulan, sehingga konsorsium EPC kontraktor diharapkan dapat menyerahkan proyek kepada PT ICA pada Desember 2013," ujarnya.

Pada proyek tersebut, lanjutnya, WIKA dipercaya untuk mengerjakan pembangunan Pabrik Alumina serta pekerjaan fasilitas pendukung lainnya yang meliputi fasilitas energi, jetty dan gedung administrasi.

"Nilai investasi WIKA pada pekerjaan kontrak ini sebesar 175,01 juta dolar AS atau setara Rp1,57 Triliun yang merupakan 55,91 persen dari keseluruhan nilai kontrak," jelasnya.

Dengan didapatnya proyek ini, ia mengatakan, nilai kontrak per Agustus 2010 sebesar Rp4,79 Triliun. Sehingga total nilai Order Book (kontrak dihadapi) sampai dengan Agustus 2010 mencapai Rp15.5 Triliun atau 74,52 persen dari target 2010 sebesar Rp20,8 Triliun. ***2***

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010