Palu (ANTARA News) - Hingga Rabu (1/9) dini hari sebanyak lima orang dilaporkan meninggal dunia setelah dirawat di Rumah Sakit Buol akibat luka-luka tembak dalam bentrokan antara ribuan massa dengan polisi di Biau, Ibu Kota Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah sejak Selasa (31/8) malam.
Belum ada informasi lengkap mengenai identitas korban kecuali dua korban tewas sebelumnya yang bernama Ridwan dan Amran Abjalu.
Syamsuddin Intam, seorang tokoh masyarakat Buol yang dihubungi ANTARA melalui telepon dari Palu Rabu dinihari mengemukakan, masih sekitar 20-an warga yang luka-luka saat ini dirawat di RS setempat.
Kapolda Sulteng Brigjen Pol. Amin Saleh yang dihubungi terpisah via telepon juga membenarkan adanya tambahan korban tewas sebanyak tiga orang hingga menjadi lima orang, namun belum memiliki laporan lengkap mengenai identitas ketiga korban yang baru meningal.
Syamsuddin mengatakan, situasi keamanan di Kota Biau, Ibu Kota Kabupaten Buol hingga Rabu dinihari ini masih mencekam dan warga terus melakukan `sweeping` ke rumah-rumah kontrakan anggota polri.
Situasi memanas setelah ada laporan bahwa telah lima orang warga tewas di rumah sakit setempat akibat luka-luka tembak polisi itu.
Massa yang marah merusak peralatan rumah tangga di beberapa tempat tinggal anggota polri seperti televisi dan perabotan lainnya termasuk beberapa kendaraan bermotor roda dua dan sebuah mobil polisi ikut menjadi sasaran amuk massa.
Menurut pensiunan wartawan ANTARA itu, ribuan warga dari berbagai desa yang cukup jauh dari Kota Biau dilaporkan sedang bergerak masuk ke ibu kota kabupaten.
Massa mencoba menutup jalan masuk ke kota kabupaten dengan menebang pohon dan meletakkannya di tengah jalan agar pergerakan pasukan polisi tambahan dari Kabupaten Tolitoli yang berdekatan dengan Kabupaten Buol tidak bisa masuk.
Satu peleton personel tambahan dari Polres Tolitoli sedang bergerak menuju Biau untuk memperkuat pengamanan dan akan disusul lagi satu peleton Brimob Polda Sulteng akan diberangkatkan ke Buol Rabu pagi dari Palu.(*)
(ANT-106*R007/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010