harus dihayati, disimpan pada sanubari
Jakarta (ANTARA) - Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah yang juga Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Buya Syafii Maarif menyatakan bahwa kebhinekaan harus menjadi kekuatan sebagai pemersatu bangsa yang dapat dibingkai dalam moderasi beragama.
"Indonesia merupakan bangsa besar yang dianugerahi dengan beragam perbedaan seperti agama, suku, adat, bahkan bahasa. Oleh karena itu kita harus menanamkan sikap toleransi dalam diri dengan terus memelihara persatuan, persaudaraan dan kerukunan antar sesama karena Bhinneka Tunggal Ika merupakan nilai bangsa yang harus terus dijaga," ujar Syafii Maarif dalam keterangan tertulisnya, Senin.
Ia mengatakan suatu perbedaan harus dipahami dan saling menghargai dalam rangka mewujudkan persatuan kesatuan bangsa. Dengan kata lain, keanekaragaman bangsa dihormati dalam wadah kesatuan bangsa Indonesia.
Karena menurutnya, keragaman dan perbedaan ini selaras dengan semboyan yang menggambarkan prinsip penghormatan keanekaragaman dalam wadah persatuan, yakni Bhinneka Tunggal Ika.
"Oleh karena itu Kebhinekaan harus dipahami sebagai sebuah kekuatan pemersatu bangsa yang keberadaannya tidak bisa dipungkiri. Kebhinnekaan juga harus dimaknai sebagai sebuah keragaman yang mempersatukan, menerima perbedaan sebagai sebuah kekuatan, bukan sebagai ancaman ataupun gangguan," kata dia.
Menurutnya, semua budaya, agama dan suku yang ada tetap pada bentuknya masing-masing, yang mempersatukan semuanya adalah rasa nasionalisme dan kebanggaan sebagai bagian dari bangsa Indonesia.
"Bhinneka Tunggal Ika tidak bisa dianggap hanya sekedar semboyan, melainkan harus dihayati, disimpan pada sanubari dan dilaksanakan oleh setiap warga negara Indonesia untuk menjaga persatuan dan kesatuan negara," katanya.
Baca juga: LaNyalla minta Pemuda Pancasila tak berhenti jaga kebhinekaan
Baca juga: Kapolri ajak alumni UI rawat Kebhinekaan
Sementara itu, Dewan Pengarah BPIP Sudhamek AWS mengatakan konsep Bhinneka Tunggal Ika bisa diimplementasikan dalam pandangan ekonomi dan bisnis.
Ia memandang ekonomi inklusif merupakan perwujudan dari Bhinneka Tunggal Ika demi kedaulatan, kesejahteraan, dan keadilan.
"Strategi operasional ekonomi Pancasila secara makro dikatakan inklusif karena dilakukan dengan strategi Pemberdayaan UMKM, kemitraan dan pendekatan jaringan lintas iman yang berbasis pada Research dan Innovation," katanya.
Menurutnya, memang tak mudah dalam mengelola bangsa yang memiliki keberagaman. Dibutuhkan pemahaman dan pandangan yang benar terhadap hakikat kebhinnekaan dalam suku, agama, ras, golongan dari masyarakat yang terdiri dari latar belakang ekonomi, sosial, budaya yang berbeda.
"Konflik suku, agama dan ras (SARA) di Indonesia akan memecah belah dan merusak tatanan ketahanan Nasional. Jika ditelisik lebih dalam terdapat berbagai pencetus konflik SARA, di antaranya sentimen etnis, radikalisme, kesenjangan ekonomi, perbedaan sudut pandang sosial budaya masyarakat," kata dia.
Baca juga: Agnez Mo bicara kebhinekaan Indonesia di Amerika
Baca juga: Moderasi beragama penting untuk membangun kebhinekaan
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021