“Beberapa aktivitas olahraga ringan itu masih boleh. Tapi yang tidak boleh ketika beraktivitas dan limfa nya sudah membesar ini berisiko,” kata Bambang dalam konferensi pers daring, Senin.
Ada pun kegiatan olahraga yang tidak disarankan untuk dilakukan anak dengan thalassemia adalah olahraga lari, sepak bola, muaythai, serta olahraga lainnya yang membutuhkan tubuh untuk banyak bergerak.
Sementara untuk contoh olahraga ringan merupakan olahraga yang tidak memerlukan tubuh untuk terlalu banyak bergerak dan dapat membuat tubuh santai seperti yoga.
Hal itu pun dibenarkan oleh Ketua Yayasan Thalassemia Indonesia (YTI) Ruswandi yang menyebutkan orang tua tidak perlu terlalu khawatir terhadap aktivitas buah hati yang memiliki gangguan thalassemia asalkan tetap menjaga kadar Hemoglobin (HB) tidak mengalami penurunan.
“Aktivitas olahraga ya yang ringan ringan saja jangan yang berat kayak main sepak bola karena itu pasti cepat turun HB-nya,” kata Ruswandi.
Dokter Bambang juga menambahkan meski anak- anak yang memiliki bawaan thalassemia tetap dapat berprestasi meski kondisi tubuhnya tidak seperti anak- anak normal pada umumnya.
“Ketika memberikan transfusi darah secara reguler, yang sudah pasti kondisi tubuhnya (secara fisik) terganggu. Tapi jika terkait prestasi mereka bisa kok seperti anak- anak lainnya. Banyak yang menempuh pendidikan hingga sarjana,” kata pria yang juga bertanggung jawab sebagai dokter anak sekaligus konsultan Hematologi - Onkologi di RSUP Kariadi Semarang itu.
Thalassemia merupakan kelainan pada darah yang diturunkan karena tidak terbentuknya atau berkurangnya salah satu rantai globin baik itu alfa ataupun beta yang merupakan komponen dari hemoglobin.
Hemoglobin merupakan bagian dari sel darah merah yang penting untuk kelangsungan hidup karena turut bertugas mengedarkan oksigen di dalam tubuh manusia.
Jika terdapat gangguan pada hemoglobin, maka sel darah merah dalam tubuh tidak berfungsi dengan baik dan tentu berdampak buruk pada orang yang mengalaminya.
Ada pun saat ini Thalassemia dapat diobati dengan cara transfusi darah, rutin mengonsumsi kelasi zat besi, hingga yang paling berisiko melakukan operasi pada sumsum tulang belakang.
Baca juga: Keluarga penyandang thalassemia perlu antisipasi dampak psikologis
Baca juga: Benarkah penyintas thalassemia butuh transfusi darah seumur hidup?
Baca juga: Cegah thalassemia lewat deteksi dini di keluarga "ring satu"
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021