Mamuju (ANTARA News) - DPRD Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) meminta pemerintah tegas soal Malaysia karena dianggap sudah mencabik-cabik kedaulatan bangsa.
"Tindakan negara Malaysia yang menyudutkan negara kita sudah terjadi berulang kali, tindakannya sudah mencabik-cabik kedaulatan bangsa kita,"kata anggota DPRD Kabupaten Mamuju, Hajrul Malik, SAg, di Mamuju, Senin.
Hajrul mengatakan, tindakan Malaysia sangat mempermalukan kita dan membuat bangsa ini tidak bisa menunjukkan jati diri sebagai sebuah bangsa.
"Peristiwa seperti lepasnya pulau Sipadan dan Ligitan di Pulau Kalimantan, tenaga kerja indonesia (TKI) yang diterlantarkan di Malaysia merupakan bukti," kata kader Partai PKS ini.
Kemudian lanjutnya, budaya dan kekayaan alam kita yang dicaplok Malaysia hingga terakhir dengan ditangkapnya petugas Dinas Perikanan dan Keluatan (DKP) di Kepulauan Riau yang merupakan pejabat pemerintah negara kita tapi kemudian ditangkap dan diperlakukan tidak wajar pihak kepolisian Malaysia merupakan petunjuk negara kita sedang diobok-obok.
"Jangankan masyarakat pejabat pemerintah kita diperlakukan secara tidak wajar, apalagi kalau masyarakat kita yang ditangkap ini sudah tidak bisa lagi dibiarkan," katanya.
Oleh karena itu, ia meminta agar pemerintah bersikap tegas terhadap Malaysia dengan mengambil langkah strategis menghentikan aksi Malaysia yang terus melakukan aksi yang mengancam kedaulatan negara kita.
"Perlu dilakukan hal sistematis yakni dengan menunjukkan jati diri bangsa kita kepada negara Malaysia, dengan memperkuat perekonomian bangsa kita serta mempertahankan budaya sosial kita, agar tidak dipandang sebelah mata oleh Malaysia," katanya.
Ia mengatakan, tindakan Malaysia harus dievaluasi pemerintah di tingkat pusat sampai ditingkat daerah karena kalau tidak dibenahi dengan segera, maka bangsa ini maka dikhawatirkan nantinya akan dicaplok bangsa lain.
"Pemerintah pusat dan pemerintah daerah ini harus bekerja sama dalam membangun negeri agar memiliki martabat dimata bangsa lain, supaya Malaysia tidak lagi mempermalukan kita," katanya. (MFH/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010